Rabu 06 Jun 2018 19:37 WIB

Indikator: Elektabilitas Jokowi di Wilayah Jabar Tinggi

Survei Indikator Politik Indonesia menunjukan elektabilitas Jokowi masih tertinggi.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Bayu Hermawan
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi (kanan)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei terbaru terkait elektabilitas calon presiden 2019. Dalam survei tersebut, Joko Widodo (Jokowi) masih unggul dalam berbagai simulasi, salah satunya top of mind diantara nama-nama yang berpotensi maju di pilpres, dengan elektabilitas 29,7 persen

"Paling tinggi adalah pak Jokowi (29,7%) disusul Pak Pabowo (17%), kemudian Pak Gatot (2%), kemudian Pak SBY (0,9%). Top of mind jadi kita nggak bisa menolak jawaban responden jika ada di kepala mereka pak SBY sebagai capres yang ingin mereka pilih," jelas Direktur Burhanuddin Muhtadi, Rabu (6/6).

Sedangkan jika survei dilakukan semi terbuka, lanjut Burhanuddin, Jokowi unggul di angka 41,3 persen. Kemudian disusul Prabowo Subianto dengan perolehan 26,6 persen, selanjutnya Gatot Nurmantyo dengan 3,2 persen.

Indikator Politik Indonesia dalam surveynya juga mensimulasikan bagaimana jika pilpres 2019 hanya diikuti dua nama nama capres. Hasilnya, sebanyak 50 persen responden yang rata-rata merupakan masyarakat Jawa Barat tersebut memilih Jokowi. Sedangkan 39 persen responden memilih Prabowo., dan 11 persen responden memilih tidak menjawab atau tidak tahu.

"Yang menarik Pak Jokowi muncul sebagai capres yang electable di Jawa Barat, in tentu berbeda di banding pilpres yang kita lihat di tahun 2014, pada saat itu Jokowi hanya mendapat 40 persen," katanya.

Untuk diketahui survey tersebut dilakukan Indikator selama bulan Maret - Mei 2018 dengan error survei 3,5 persen. Jumlah total sampel sekitar 5.168 responde n yanga merupakan gabungan survei provinsi dengan sampel 800 responden, dan tujuh wilayah dapil dengan jumlah sampel minimal 400 responden.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement