Senin 04 Jun 2018 20:13 WIB

Lapas 'High Risk' Napi Teroris Dikebut Rampung Tahun Ini

Lapas tersebut memiliki standar pengamanan tingkat tinggi dan teknologi canggih.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Esthi Maharani
Menteri Hukum dan HAM RI Yasonna Hamonangan Laoly menjawab sejumlah pertanyaan wartawan terkait bisnis narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Indonesia saat ditemui di Jakarta, Jumat (3/2).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Menteri Hukum dan HAM RI Yasonna Hamonangan Laoly menjawab sejumlah pertanyaan wartawan terkait bisnis narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Indonesia saat ditemui di Jakarta, Jumat (3/2).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Hamonangan Laoly menargetkan lembaga pemasyarakatan khusus dengan super maksimum security rampung tahun ini. Lapas yang diberi nama Lapas Karanganyar, di Nusakambangan tersebut diperuntukan untuk narapidana beresiko tinggi 'high risk' seperti narapidana terorisme. Lapas tersebut memiliki standar pengamanan tingkat tinggi dan teknologi canggih.

"Mudah-mudahan selesai tahun ini kalau tidak molor-molor dikit. itu memang keluar saja sudah pakai body sensor. Jadi itu sistem IT-nya sangat baik," ujar Yasonna usai rapat kerja dengan Komisi III DPR di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (4/6).

Menurutnya, dalam Lapas yang memiliki daya tampung 520 orang tersebut juga menggunakan sistem one man one cell. Itu juga seperti yang terjadi Lapas Pasir Putih dan Lapas Batu di Nusakambangan. Namun kata Yasonna, meski pengamanan super ketat, lapas dibuat nyaman dan memadai bagi warga binaan.

"Itu one sel one person. ada 24 CCTV betul-betul sangat dipantau dan (sinyal) di jammed dan nggak ada komunikasi sama sekali. Pagar pengamanan memenuhi standar beberapa lapis," kata Yasonna.

Menurut Yasonna, lapas seperti Lapas Karanganyar begitu dibutuhkan mengingat masih banyaknya narapidana terorisme tersebar di berbagai lapas biasa di Indonesia. Apalagi dengan maraknya penangkapan terduga teroris menyusul rusuh di Mako Brimob, peledakan bon dan penyerangan di Surabaya, hingga penyerangan di Mapolda Riau. Menurutnya, napi dengan tinggi resiko itu harus dibuat terpisah dengan napi umum lainnya.

"Prinsip kita sekarang daripada di daerah, dibuat di satu tempat dan itu pun kan napiter punya kategori-kategori. Ada yang ideolog itu di maksimum, ada yang bisa dibina dan sudah bisa dibina itu digeser," kata dia.

Menurutnya, apalagi dengan adanya program deradikalisasi BNPT yang saat ini sudah resmi diatur dalam UU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Akan lebih baik jika proses pembinaan dilakukan di satu tempat khusus. Selain itu juga, Lapas juga bisa diperuntukan bagi napi high risk lainnya seperti gembong narkotika.

"Disitu bisa saja kita buat. Kalau gembong besar ya bisa kita taruh di satu blok Karanganyar itu. Tentu pisah (dengan napi teroris). kan ada beberapa blok ada lima blok. jangan digabung dong," ujar Politikus PDIP.

Saat ini progres pembangunan Lapas yang menelan biaya ratusan miliar tersebut masih dalam proses. Namun anggaran pembangunan tersebut sudah disetujui untuk rampung akhir tahun ini

 

"Sudah-sudah. Kan mula-mula tahun 2016, Rp50 miliar, pematangan lahan, tambah Rp 50 miliar, tahun ini tambah Rp150 miliar.  Kalau yang Karanganyar dengan persetujuan Menkeu kami akan kejar tahun ini. memang sangat berat. Sekarang kan kondisinya hampir 40 persen. harus segera kita," kata Yasonna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement