REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengklaim belum mengetahui perihal kabar pendekatan yang dilakukan mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo terhadap Partai Demokrat. Bantahan ini untuk menjawab perihal foto Gatot mencium tangan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang beredar.
"Saya belum mendengar itu secara langsung. Yang jelas silaturahim, komunikasi politik terus dilakukan sewaktu-waktu. Tidak selalu muncul di publik ataupun media," kata Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Demokrat itu di Medan, Senin (4/6).
Agus mengatakan, hingga kini, partai berlambang bintang mercy itu terus membangun komunikasi dengan elite politik mana pun. Hal ini dilakukan hingga koalisi tercipta jelang pilpres 2019. Koalisi ini, lanjutnya, tentu harus sesuai dengan visi Demokrat yang ingin kembali membangun ekonomi kerakyatan.
"Saat ini adalah waktu untuk saling membangun rasa percaya. Koalisi tidak boleh asal-asalan, asal bagi-bagi kue kekuasaan semata. Kami lebih senang berbicara visi, koalisi harus membangun visi. Yang jelas Demokrat ingin membangun lebih besar lagi, seperti 10 tahun SBY sebagai presiden," ujar dia.
Agus memulai safari politiknya di Sumut hari ini, Senin (4/6). Setidaknya dia dijadwalkan mengunjungi tiga kabupaten/kota di provinsi ini, yaitu Deli Serdang, Medan, dan Binjai.
Analisis yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebutkan mantan panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo adalah figur yang bisa bersaing dengan pejawat Joko Widodo (Jokowi) di pilpres 2019.
"PR (pekerjaan rumah) besar Gatot lebih pada persoalan tiket dukungan parpol," kata Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah, kepada pers dalam siaran persnya, Jumat (11/5).
Dari sekian banyak nama bakal calon presiden, kata dia, Gatot punya potensi lebih. Ada tiga alasan mengapa Gatot yang paling potensial. Pertama, dari segi karakter personal figur, Gatot adalah sosok yang merepresentasikan dua karakter sekaligus, yaitu Prabowo Subianto, yang tegas dan punya potensi menjadi strong leader, serta figur Jokowi yang sederhana dan merakyat.
"Sehingga, alasan dan keinginan rakyat yang memilih Prabowo karena sikap tegas dan nasionalisnya serta memilih Joko Widodo karena kesederhanaan dan sikap merakyatnya sudah cukup terwakili oleh sosok Gatot yang memiliki kedua karakter tersebut," papar dia.