REPUBLIKA.CO.ID, KHAN YOUNIS -- Razan a-Najjar berlari menuju pagar di Kota Khan Younis saat bentrokan pecah antara aparat Israel dan demonstran Palestina, Jumat pekan lalu. Sambil mengangkat tangan, Najjar yang berseragam putih mencoba membantu pejuang Palestina yang terluka.
Perempuan itu mengangkat tangan. Sebagai tanda bahwa ia adalah seorang perawat. Namun, dari jauh penembak runduk seperti sudah mengincarnya. Peluru itu melesak menembus gadis yang baru berusia 21 tahun tersebut.
Najjar awalnya tak sadar. Namun, tajam peluru membuatnya terjatuh. Ia menangis. Rompi putihnya dengan sekejap berubah menjadi merah darah. Saksi menyebut ada dua atau tiga peluru yang ditembakkan dari tentara Israel. Nyawanya pun tak berhasil diselamatkan.
Razan Najjar sudah cukup dikenal di kalangan demonstran Palestina. Sebagai sukarelawan medis, ia membantu pengunjuk rasa Palestina yang terluka. Dalam sebuah wawancara dengan media pada Mei lalu, ia mengaku ingin menunjukkan bahwa wanita juga bisa berperan.
"Menjadi anggota medis bukan hanya tugas pria," ujarnya dengan penuh semangat.
Baca juga, Saksi: Perawat Itu Angkat Tangan, Israel Tetap Menembaknya.
Kematian Razan al-Najjar sekaligus menandai ke-119 jumlah korban yang telah dibunuh tentara Israel dalam aksi demonstrasi pekanan di Jalur Gaza. Hal itu juga menunjukkan bagaimana Israel kerap kali melanggar hukum-hukum internasional.
Razan al-Najjar (kiri) paramedis yang tewas akibat tertembak di dada
Koordinator Kemanusiaan PBB Jamie McGoldirck mengatakan, pekerja kemanusiaan harus diizinkan untuk menjalankan tugas mereka tanpa khawatir akan ditembak atau terluka. "Pembunuhan staf medis yang telah diidentifikasi oleh pasukan keamanan selama aksi demonstrasi merupakan tindakan tercela," ujarnya.