REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Kepresidenan RI Jenderal TNI (Purn) Moeldoko hadir di acara Peringatan Nuzulul Quran dan Hari Lahir Pancasila bertema "Alquran Suci, Pancasila Sakti", yang diadakan Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor. Dalam sambutannya, ia mengatakan hubungan antara Pancasila dan agama sangat kuat.
"Hubungan agama dan Pancasila adalah hubungan kuat, bukan saling mempertentangkan. Nilai Pancasila itu digali dari nilai yang terkubur. Ketika diproyeksikan dengan Alquran, nggak ada yang salah," ujar Moeldoko dalam keterangan tertulis, Ahad (3/6).
Menurut Moeldoko, nilai-nilai di dalam Pancasila dapat dipahami dalam tiga tataran. Yakni nilai filosofis, nilai instrumentalia, dan nilai pragmatis.
Sebagai nilai instrumentalia, misalnya, Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku dalam negara hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. "Pancasila dijadikan rujukan untuk membuat konstitusi dan aturan-aturan hukum di bawahnya," terang pria kelahiran Kediri itu.
Moeldoko menyadari belakangan ini relevansi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari mulai diusik dan dipertanyakan.
"Masih validkah Pancasila itu? Pancasila tentu saja masih valid dalam berbagai dinamika sosial, dinamika politik, dan dinamika persaingan global. Kita tidak perlu khawatir. Pancasila adalah ideologi yang terbuka, ideologi yang dinamis," imbuhnya.
Ia menjelaskan bagaimana mengejawantahkan, bisa disesuaikan dengan perkembangan lingkungan. Karena sifatnya yang terbuka, diskursus tentang hal itu pasti akan terjadi.
"Silakan mendiskursuskan Pancasila. Syaratnya, kuatkanlah ideologi kita terlebih dahulu. Kalau tidak kuat, justru kita bisa dimakan atau termakan," lanjut Moeldoko.
Hadir dalam acara tersebut Wakil Ketua MPR RI Muhaimin Iskandar, mantan Wakil Kepala Badan Inteligen Negara sekaligus penasihat PP GP Ansor KH As'ad Said Ali, Ketua Umum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas, Sekjen GP Ansor Abdul Rochman, Kasatkornas Banser Alfa Isnaeni, seluruh jajaran pengurus, serta ratusan anggota Ansor dan Banser.
Sementara Muhaimin Iskandar mengatakan, Nuzulul Quran dan Hari Lahir Pancasila memperkuat kekuatan nilai kemanusiaan yang menjadi milik bangsa Indonesia.
"Poros agama dan yang diramu dengan nilai lokal, akhirnya kristalisasinya adalah nilai kemanusiaan itu. Di situ akan jadi kontributor perdamaian pada tataran global," kata dia.