Sabtu 02 Jun 2018 20:59 WIB

Polisi Diminta Tingkatkan Keamanan Lintas Timur Sumatera

Menhub meminta polisi meningkatkan pengamanan jalur mudik lintas timur sumatera.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Bayu Hermawan
Menhub Budi Karya Sumadi
Foto: dok. Istimewa
Menhub Budi Karya Sumadi

REPUBLIKA.CO.ID, MERAK -- Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi melakukan pemantauan ke dua pelabuhan yang menghubungkan Selat Sunda yakni Pelabuhan Bakauheni, Lampung dan Pelabuhan Merak, Banten, Sabtu (2/6). Menhub meminta pihak kepolisian Provinsi Lampung meningkatkan pengamanan di jalur mudik lintas timur Sumatera.

"Tadi saya di Pelabuhan Bakauheni, sudah minta bantuan Kapolres untuk mengampanyekan pengamanan lintas timur. Artinya kalau lintas timur itu bisa dikendalikan dengan baik, tidak masalah pagi atau malam orang datang dari Pelabuhan Merak," kata Budi di Merak, Banten.

Alasan Budi ingin adanya peningkatan keamanan di jalur mudik lintas timur Sumatera adalah karena jalur tersebut lebih banyak dilewati pemudik baik yang menggunakan mobil pribadi, bus dan sepeda motor.

Sebelumnya para pemudik tujuan Sumatera cenderug menumpuk di Pelabuhan Merak malam hariu agar bisa melewati lintas timur di suabg hari. Penumpukan di Merak menurut pria asal Palembang itu harus diantisipasi agar jalur mudik ke Sumatera lancar dan tak ada kemacetan.

"Saya minta juga pada Wakapolda Banten untuk koordinasi dengan Kapolres Lampung Selatan agar kita dapat lakukan pengamanan dengan baik," ujar Budi.

Sebelumnya, Direktur Lalu Lintas Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan, Pandu Yunianto memperkirakan adanya peningkatan hingga 30 persen untuk masyarakat yang mudik lebaran dengan menggunakan sepeda motor pada lebaran 2018. Sebelumnya pada tahun 2017, jumlah pemudik yang menggunakan sepeda motor sebanyak 6,39 juta unit.

"Kalau sepeda motor masih naik 30 persen. Prediksi kita segitu, dari 6,39 juta unit menjadi 8,5 juta unit," ujar Pandu dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Sabtu (2/6).

Masyarakat, kata Pandu, menilai mudik menggunakan sepeda motor lantaran biayanya yang lebih murah dibandingkan menggunakan angkutan umum. "Contohnya, bus non-ekonomi Jakarta-Solo itu bisa Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu, jadi kalau suami-istri pulang pergi itu sampai Rp 1 juta. Nah, kalau naik motor Jakarta-Solo itu beli bensin 10 liter dan itu tidak sampai Rp 100 ribu," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement