Jumat 01 Jun 2018 14:59 WIB

Ke Pesantren, Menteri Rini Curhat Kerugian BUMN

Angka kerugian perusahaan BUMN semakin menurun dari tahun sebelumnya

Rep: melisa riska putri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri BUMN Rini Soemarno melakukan kunjungan ke Pondok Pesantren Maslakul Huda, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Jumat (1/6).
Foto: Republika/Melisa Riska Putri
Menteri BUMN Rini Soemarno melakukan kunjungan ke Pondok Pesantren Maslakul Huda, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Jumat (1/6).

REPUBLIKA.CO.ID, PATI -- Sebanyak 13 perusahaanBadan Usaha Milik Negara (BUMN) dari 143 perusahaan BUMN yang ada mengalami kerugian per akhir 2017. Sebanyak 130 perusahaan yang membuat keuntungan BUMN mencapai Rp186 triliun.

Hal tersebut disampaikan Menteri BUMN Rini Soemarno saat menjawab pertanyaan dari Karina, salah satu santriwati Pondok PesantrenMaslakul Huda, Jumat (1/6). Ia mengatakan, angka kerugian tersebut berkurang dari akhir 2016 yang mencapai 24 perusahaan merugi. Total keuntungan BUMN pada 2014 sebesar Rp 143 triliun.

"Jadi mohon doanya, sehingga BUMN makin sehat makin jaya dan makin bisa memberikan pertanyaan bagi seluruh rakyat Indonesia," katanya.

Rini untuk kedua kalinya mengunjungi pesantren di Desa Kajen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Jumat (1/6) setelah kunjungan terakhirnya enam bulan lalu.

Kali ini, kunjungan tersebut didampingi Plt Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, Direktur Utama BNI Achmad Baiquni, Direktur Utama BRI Suprajarto, Direktur Utama BTN , Direktur Utama PT Pembangunan Perumahan (PP) dan jajaran Kementerian BUMN.

Rini juga ditanya mengenai kendala yang dihadapi oleh BUMN namun dijawab Achmad Baiquni. Ia mengatakan, tantangan bagi BUMN beragam tergantung jenis dan usahanya yang cukup banyak, mulai dari perbankan, migas, kontraktor, dan sebagainya."Jadi masing-masing memiliki tantangan yang berat," ujar dia.

Namun saat ini sejalan dengan Indonesia yang sedang giat membangun membangun proyek infrastruktur baik jalan maupun pelabuhan memerlukan dana yang besar. Untuk mewujudkan proyek infrastruktur ini cukup besar yakni ke Rp 5.000 triliun dalam lima tahun ke depan.

"Itu tantangan terberat yang dihadapi Kementerian BUMN unggul membiayai pembiayaan infrastruktur," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement