Senin 28 May 2018 10:46 WIB

Ketika Harga-Harga Kebutuhan Pokok Makin Naik

Peningkatan permintaan memicu kenaikan harga dan operasi pasar disiapkan.

Rep: Tim Republika/ Red: Elba Damhuri
Sembako di Pasar Tradisional (ilustrasi)
Foto: antara
Sembako di Pasar Tradisional (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA -- Harga sejumlah bahan pangan pokok makin mengalami kenaikan memasuki pekan kedua Ramadhan 1439 H. Berdasarkan laporan dari berbagai daerah di Tanah Air, kenaikan signifikan terjadi pada telur ayam dan tepung terigu.

Dari pemantauan di Pasar Rakyat Tani Kemiling dan Pasar Pasir Gintung, Bandar Lampung, Kota Bandar Lampung, Lampung, Ahad (27/5), kenaikan harga bahan pangan pokok semacam beras, cabai, bawang, daging, telur, dan terigu, berada pada kisaran 5 hingga 10 persen.

Harga beras berbagai kualitas dan jenis, telur, dan terigu bertahan tinggi sejak awal hingga menjelang pertengahan Ramadhan 1439 H. Sedangkan, harga bawang merah dan bawang putih serta cabai merah dan rawit mulai bergerak naik memasuki pekan kedua bulan suci.

Harga daging sapi masih bertahan mahal di harga Rp 120 ribu per kilogram sejak awal Ramadhan 1439 H. Menurut pedagang telur, kenaikan harga telur ayam dari Rp 22.500 per kg menjadi Rp 24 ribu-Rp 25 ribu per kg dipicu peningkatan kebutuhan.

Rentang harga diprediksi akan terus bergerak naik mendekati Lebaran karena kebutuhan ibu rumah tangga membuat kue lebih besar. "Sedangkan, harga beras dan sayur-mayur seperti bawang dan cabai masih normal, bahkan sudah turun lagi," ujar Suratmin, penjual bahan pokok di Pasar Pasir Gintung.

Harga telur ayam di pasar-pasar Kota Palu, Sulawesi Tengah, dalam beberapa hari terakhir ini terus melambung tinggi seiring peningkatan permintaan masyarakat selama Ramadhan 1439 H. Berdasarkan pemantauan langsung di Pasar Masomba, salah satu pasar tradisional di Kota Palu, Ahad (27/5), harga telur sudah mencapai Rp 57 ribu per rak (satu rak berisi 30 butir telur ayam).

Namun demikian, meski harga telur naik, permintaan masyarakat juga cenderung terus meningkat. Para pedagang di kawasan itu membenarkan harga telur di pasaran naik tajam. Kenaikan harga dipicu permintaan masyarakat meningkat hingga dua kali lipat dari situasi normal.

Selama puasa ini, kata Nursita, seorang pedagang telur di Pasar Masomba, permintaan masyarakat terhadap kebutuhan pokok tersebut meningkat. Selain permintaan masyarakat meningkat, harga telur di tingkat produsen pun naik sehingga pedagang terpaksa ikut menyesuaikan harga penjualan.

Harga tepung terigu di Kota Padang dan daerah lain di Sumatra Barat mulai merangkak naik pada pekan kedua Ramadhan 1439 H. Berdasarkan pantauan di pasar, harga rata-rata tepung terigu berbagai merek dibanderol Rp 9.000 per kg. Harga itu lebih mahal Rp 1.000 daripada harga rata-rata tepung terigu pada hari biasa, yakni Rp 8.000 per kg.

Kepala Bulog Divisi Regional Sumatra Barat Suharto Djabar mengakui, ada peningkatan harga tepung terigu di pasaran Sumbar. Alasannya, permintaan yang melonjak seiring mendekati Hari Raya Idul Fitri 1439 H. "Ramadhan, apalagi jelang Idul Fitri, aktivitas ibu-ibu rumah tangga membuat kue Lebaran meningkat. Ini salah satu faktor yang menyebabkan harga naik, tetapi itu masih wajar," kata Suharto, Ahad (27/5).

Selain kenaikan harga, harga sejumlah komoditas juga tidak mengalami kenaikan alias stagnan dan stabil tinggi. Pantauan harga di dua pasar tradisional Kota Denpasar, Pasar Badung dan Pasar Kreneng, menunjukkan harga daging sapi stagnan di kisaran Rp 110 ribu sampai Rp 115 ribu per kg.

Beras rata-rata di seluruh pasar tradisional Denpasar tidak mengalami lonjakan harga. Beras medium dua dijual Rp 10.500 per kg, medium satu Rp 11 ribu per kg, super dua Rp 11.500 per kg, sementara super satu Rp 12 ribu per kg.

Sementara, harga sayuran masih fluktuatif. Seperti pantauan di Pasar Tebet Barat, Jakarta Selatan. "Sayuran biasa saja. Ada yang naik, ada yang tidak. Wortel Rp 25 ribu biasanya Rp 20 ribu satu kilo. Kentang masih tetap Rp 16 ribu per kilo," kata Jajar Delu, salah seorang pedagang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement