Ahad 27 May 2018 22:38 WIB

Soal Ahmadiyah di Lombok, TGB: Masih Perlu Mediasi

TGB melihat kemarahan warga terhadap jemaat Ahmadiyah terjadi secara spontan.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Reiny Dwinanda
Gubernur NTB TGB Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB)
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Gubernur NTB TGB Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) mengaku kaget dengan peristiwa pengrusakan rumah warga jemaat Ahmadiyah di Kabupaten Lombok Timur belum lama ini. Pasalnya, selama ini belum pernah terjadi konflik selama hampir 10 tahun ia memimpin NTB.

"Dari diskusi dengan Kominda (Komunitas Intelijen Daerah), tidak ada satu indikasi yang menunjukan akan ada kejadian itu, jadi dari sisi ini bisa dianggap itu sebagai satu spontanitas," ujar TGB di Pendopo Gubernur NTB, Jalan Pejanggik, Mataram, NTB, Ahad (27/5).

Begitu peristiwa ini terjadi, Pemprov NTB dan Pemkab Lombok Timur langsung bergerak cepat dengan memastikan keselamatan jiwa jemaat Ahmadiyah. Tim gabungan tersebut memastikan agar orang tua dan anak-anak yang terdampak dari kejadian itu bisa melanjutkan hidup dengan baik, termasuk anak-anak yang sekolah. TGB juga mempersilakan anak-anak Ahmadiyah untuk menimba ilmu di sekolah-sekolah Nahdlatul Wathan (NW).

photo
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi menemui masyarakat Dusun Grepek Tanak Eat, Desa Greneng, Kecamatan Sakra Timur, Kabupaten Lombok Timur, NTB dan juga jemaat Ahmadiyah di Mapolres Lombok Timur pada Senin (21/5)

Pemerintah telah menyiapkan tempat tinggal sementara bagi jemaat Ahmadiyah di Loka Latihan Kerja di Lombok Timur. Proses untuk kembali ke rumah masing-masing sedang dilakukan.

TGB mengatakan masih perlu upaya mediasi dengan para pihak. "Di satu sisi saudara-saudara kita Ahmadiyah mengaku tidak ada yang salah, di sisi lain warga sekitar merasa ada upaya menyebarkan paham itu karena tokoh di sana memantau pengikut Ahmadiyah dari empat orang kini sudah mencapai 30-an," ucap dia.

Ahad (20/5) lalu, Kabid Humas Polda NTB AKBP Komang Suartana memaparkan, insiden terjadi pada Sabtu (19/5) sekitar pukul 12.00 WITA di Dusun Gereneng dan Dusun Lauk Eat yang berada di Desa Gereneng, Kecamatan Sakra Timur, Kabupaten Lombok Timur. Kejadian bermula saat jemaat Ahmadiyah berinisial JS mengajar mengaji anak-anak SD masyarakat setempat di rumahnya. Saat itu, terjadi percekcokan di antara anak-anak yang berujung melaporkan kejadian tersebut kepada orang tua.

Hingga akhirnya, masyarakat setempat dengan jumlah sekitar 30 orang berkumpul dan melempari rumah jemaat Ahmadiyah. “Kasus ini sudah ditangani Polres Lombok Timur. Ada 23 jemaat Ahmadiyah sudah ditempatkan sementara di Mapolres Lombok Timur,” kata Komang.

Menurut Komang, permasalahan Ahmadiyah di NTB sudah terjadi sejak 1990. Sempat pula terjadi kerusuhan terhadap jemaat Ahmadiyah di Lombok Timur pada 2001.

Komang memantau setiap tahunnya permasalahan sering terjadi, namun dapat dikendalikan oleh kepolisian dan pemerintah daerah dengan membuat kesepakatan bersama yang ditandatangani oleh jemaat Ahmadiyah. "Namun, kesepakatan tersebut sering dilanggar,” kata Komang.

Pada Januari 2018, telah dilaksanakan rapat untuk menyelesaikan solusi penanganan khusus Ahmadiyah di tingkat pusat, dalam hal ini dengan kantor staf kepresidenan yang menghasilkan keputusan bahwa Pemprov NTB dan Pemkab Lombok Timur akan membuatkan rumah susun untuk jemaat Ahmadiyah.

Selain di Desa Greneng, terdapat 8 kepala keluarga jemaat Ahmadiyah di Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, yang belum ada gejolak dan tetap dalam pemantauan dari kepolisian. Sementara, situasi di Dusun Gereneng dan Dusun Lauk Eat sampai malam ini masih kondusif dengan permintaan warga yang terpenting mereka --jemaat Ahmadiyah-- tidak kembali lagi ke Desa Gereneng.

Kapolres Lombok Timur, AKBP M Eka Faturrahman mengungkapkan pertikaian pada Sabtu silam merupakan puncak dari kemarahan warga atas warga Ahmadiyah yang sebelumnya menyatakan diri sudah bertaubat, namun pada kenyataannya kembali pada ajaran Ahmadiyah. Masyarakat sekitar keberatan adanya warga Ahmadiyah di permukimannya.

"Katanya sudah taubat, tapi terulang lagi bahkan mereka sudah membuat surat pernyataan tapi terulang lagi. Kebencian masyarakat sudah memuncak," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement