Selasa 22 May 2018 05:03 WIB

Reformasi dan Misteri Konsultan 'Cambridge Analyctica'

Era Soekarno ada dokumen Gilchrist, pada reformasi ada misteri Cambridge Analytica

Reformasi Mei 1998.
Foto: Stait Times
Reformasi Mei 1998.

Setelah dua dekade, satu persatu tabir peristiwa mulai terkuak. Pada awal April lalu (1/4), media massa Singapura The Starit Times, menulikan mengenai kisah keterlibatan perusahaan asal Inggris dalam berbagai suksesi yang terjadi di Asia Tenggara sejak dua dekade silam. Menurutnya, mereka banyak terlibat dalam urusan menaikkan dan menurunkan sebuah rezim pemerintahan.

Dalam artikel itu disebutkan lembaga itu adalah sebuah perusahaan induk konsultan politik Inggris Cambridge Analyctica (CA). Perusahaan kemungkinannya telah beroperasi di Asia Tenggara sejak dua dekade yang lalu tersebut. Mengejutkannya, dalam situs berita Quartz melaporkan, perusahaan tersebut disebut-sebut mengatur kerusuhan sipil di Indonesia dan membuka jalan bagi Thaksin Shinawatra untuk mengambil alih kekuasaan di Thailand.

Menurut dokumen perusahaan yang dikeluarkan sekitar 2013 yang diakses oleh Quartz, kelompok konsultan politik Inggris SCL mengklaim telah tiba di Indonesia setelah Presiden Soeharto dijatuhkan dari kekuasaannya pada 1998. SCL kemudian menjadi CA, yang kini diduga telah menggunakan data dari 50 juta pengguna Facebook untuk memengaruhi para pemilih selama kampanye Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 2016.

SCL menyatakan, mereka mulai beroperasi di Indonesia atas permintaan "kelompok pro-demokrasi" untuk membantu kampanye nasional dari reformasi politik dan demokratisasi di negara yang terjerat dalam krisis ekonomi Asia serta hilangnya seorang pemimpin yang telah berkuasa selama lebih dari 30 tahun.

Quartz dimiliki oleh Atlantic Media, yang merupakan penerbit The Atlantic, National Journal, dan Government Executive. Secara total, Quartz melaporkan, SCL mengklaim telah bekerja pada lebih dari 100 kampanye pemilu di 32 negara. Laporan media sebelumnya mengatakan ini termasuk klaim bahwa SCL telah membantu partai politik di Malaysia, India, Kenya, dan Brasil.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement