REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana kegiatan shalat Tarawih bersama pada 26 Mei mendatang urung dilaksanakan di lapangan Monas dan dialihkan ke Masjid Istiqlal. Pengalihan lokasi ini dilakukan setelah muncul banyaknya kritik dari ulama dan berbagai pihak terkait rencana itu.
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengaku telah mendengar masukan dari berbagai pihak. Ia memutuskan untuk mengikuti saran ulama agar shalat Tarawih bersama dilakukan di masjid. Sebab, kata dia, kegiatan ini adalah urusan ibadah. "Kita mendengar yang disampaikan para ulama, dan kita dalam urusan ibadah ya merujuk pada para ulama. Kita ikut pada pedoman yang digariskan ulama," kata dia di Balai Kota, Senin (21/5).
Anies mengaku sudah berkoordinasi dengan pengelola Istiqlal terkait pelaksanaan kegiatan ini. Istiqlal dipilih karena secara geografis letaknya berada di tengah Ibu Kota dan paling dekat dengan lokasi awal rencana kegiatan ini, yakni Monas. Selain itu, kata Anies, yang menjadi pertimbangan adalah kapasitas Istiqlal.
"Ada juga catatan mengenai keamanan dan lain-lain mengenai memang lebih baik kita selenggarakan di masjid karena tujuannya adalah Tarawih akbar, tempatnya kita selenggarakan di Istiqlal," ujar dia.
Sebelumnya, Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis mengaku heran dengan ide shalat Tarawih di lapangan Monas yang digagas Pemprov DKI. Sebab, tak jauh dari wilayah Monas terdapat Masjid Istiqlal, tempat ibadah yang mampu menampung ratusan ribu jamaah.
"Saya kok ragu ya kalau alasannya Tarawih di Monas untuk persatuan. Logikanya apa ya? Bukankah Masjid Istiqlal yang megah itu simbol kemerdekaan, kesatuan, dan ketakwaan," kata dia.