Senin 21 May 2018 11:23 WIB

Sandi Isyaratkan Shalat Tarawih di Monas Dibatalkan

Evaluasi ini dilakukan setelah ada masukan dari beberapa ulama.

Rep: Mas Alamil Huda / Red: Andi Nur Aminah
Monumen Nasional, Jakarta. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Monumen Nasional, Jakarta. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno mengisyaratkan rencana kegiatan Shalat Tarawih bersama di Lapangan Monas akan dibatalkan. Evaluasi ini dilakukan setelah adanya masukan dari beberapa ulama agar rencana tersebut ditinjau ulang.

"Tentunya kita tidak akan memaksakan diri seandainya sebagian dari masyarakat, sebagian daripada ulama juga menyatakan ini tidak disarankan," kata dia di Lapangan IRTI Monas, Senin (21/5).

Sandi mengatakan, pemprov tentu akan menampung masukan dari ulama agar Shalat Tarawih dilakukan di masjid. Apalagi, Masjid Istiqlal yang berkapasitas ratusan ribu jamaah berada tepat di seberang Monas. Ia pun mengamini hal ini dan menyatakan akan segera melakukan evaluasi. "Kemungkinan bisa ke Istiqlal, bisa ke Jakarta Islamic Center, bisa ke Masjid Raya Hasyim Asy'ari, bisa di mana saja, ini masukkan," ujar dia.

Sandi mengungkapkan, Monas dipilih sebagai lokasi untuk Tarawih bersama lantaran simbol Jakarta. Monas, kata dia, simbol pemersatu sekaligus simbol keberagaman. Sementara dari aspek geografis, Monas berada di titik sentral dari Jakarta.

Dia mengaku kegiatan Shalat Tarawih di Monas juga merupakan usulan dari sebagian pihak. Pemprov, kata dia, berupaya mengakomodasi keinginan tersebut. Sebab, selama ini Monas juga dipakai untuk kegiatan keagamaan seperti maulid, istighasah dan banyak kegiatan lainnya.

"Dan ini adalah salah satu harapan yang kita coba implementasikan. Kita tidak ingin justru ini malah memecah belah kita, malah ada silang pendapat, mari kita duduk sama-sama," kata dia.

Politikus Partai Gerindra ini menyatakan akan berkonsultasi dengan beberapa pihak terkait kegiatan ini. Pemprov, kata dia, tak ingin kegiatan ini menimbulkan perdebatan panjang yang justru bertolak belakang dari gagasan awalnya untuk mempersatukan. "Jangan sampai kegiatan ini malah menjadi pemecah belah, malah menjadi suatu bahan yang menurunkan ketaqwaan kita. Ini akan jadi masukan, kita terima masukan. Karena sebelumnya kita justru banyak ulama yang menginginkan Tarawih di Monas untuk momen Ramadhan ini," katanya.

Kendati demikian, Sandi mengatakan bahwa keputusan finalnya tetap berada di tangan Gubernur Anies Baswedan. Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu kini masih berada di luar negeri. Namun, Sandi memastikan keputusan akan diambil selekasnya.

"Belum (keputusan belum berubah, Red) karena menunggu Pak Gubernur yang akan kembali pagi ini. Insya Allah akan kita diskusikan dan ambil keputusan segera," ujar dia.

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Saefullah yang diminta Sandi berbicara dalam kapasitas sebagai Ketua PWNU DKI Jakarta mengimbau masyarakat untuk menjalankan shalat tarawih sebaik-baiknya di tempat ibadah. Terkait kelanjutan kegiatan tarawih bersama di Monas, Saefullah menyerahkan sepenuhnya pada kebijakan gubernur.

"Silakan masyarakat melaksanakan dengan baik, Tarawih di tempat-tempat ibadah. Kalau suatu saat gubernur berkeinginan untuk kebersamaan yang lebih besar, di Monas, ya nanti kita tunggu arahan Pak Gubernur," ujar dia.

Sebelumnya, Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Cholil Nafis mengaku heran dengan ide Shalat Tarawih di Lapangan Monas yang digagas pemprov. Sebab, tak jauh dari kawasan Monas terdapat Masjid Istiqlal, tempat ibadah yang mampu menampung ratusan ribu jamaah. "Saya kok ragu ya kalau alasannya tarawih di Monas untuk persatuan. Logikanya apa ya? Bukankah Masjid Istiqlal yang megah itu simbol kemerdekaan, kesatuan dan ketaqwaan," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement