Ahad 20 May 2018 23:17 WIB

Anwar Ibrahim Kunjungi PBNU untuk Bahas Islam yang Damai

Anwar sebelumnya juga bertemu dengan BJ Habibie.

Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyapa wartawan sebelum melakukan pertemuan dengan Presiden ketiga RI BJ Habibie di Jakarta, Ahad (20/5).
Foto: Republika/Prayogi
Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyapa wartawan sebelum melakukan pertemuan dengan Presiden ketiga RI BJ Habibie di Jakarta, Ahad (20/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Keadilan Rakyat Malaysia Anwar Ibrahim menyambangi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj di Kantor PBNU, Jakarta, Ahad (20/5) malam. Anwar Ibrahim yang sebelumnya menemui BJ Habibie dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, datang ke Kantor PBNU sekitar pukul 20.00 WIB.

Anwar Ibrahim sendiri mengatakan, pihaknya akan mengundang Said Aqil mewakili PBNU untuk menyamakan persepsi tentang Islam yang benar. Alasannya, di Malaysia juga ada benih-benih radikalisme kendati tidak separah di Indonesia.

"Malam ini kita fokus pada permasalahan umat Islam tentang keperluan menyederhanakan pemahaman. Bukan berarti meremehkan soal syariat atau hukum karena Islam itu rahmatan lil alamin. Saya yakin dengan pemerintahan baru Malaysia akan bekerja sama dengan Indonesia dalam menghadapi tantangan baru. Dunia lebih menyoroti Indonesia karena Indonesia Islamnya mayoritas dan budayanya banyak," kata Anwar Ibrahim.

Anwar Ibrahim yang belum sepekan bebas dari penjara, memenuhi undangan Presiden RI 1998-1999 BJ Habibie sebagai teman dekat untuk merayakan ulang tahun ke-20 reformasi Indonesia dan mengenang almarhumah Ainun Habibie.

Said Aqil didampingi pengurus PBNU saat menerima Anwar. "Kita memperkuat hubungan antara Malaysia dan NU, terutama menyamakan persepsi Islam yang damai, yang ramat, antiradikalisme, antiterorisme, yaitu yang kita kenal dengan Islam Nusantara," ujar Said.

Said menuturkan saat berbincang dengan Anwar Ibrahim, tokoh reformasi Malaysia itu menyesalkan terjadinya aksi bom oleh sekelompok teroris di Surabaya pada akhir pekan lalu.

"Apalagi masyarakat Indonesia sudah terkenal ramah, santun, kok tiba-tiba radikal. Itu hal yang sangat mengagetkan. Oleh karena itu, kita angkat Islam Nusantara untuk 'meng-counter' (mengatasi) Islam radikal. Karena ini mencoreng dan mengotori Islam. Nabi Muhammad tidak pernah menoleransi kekerasan," kata Said.

 

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement