Senin 21 May 2018 07:17 WIB

Takdir Kejayaan

Catatan sejarah kerupuk dan sambal di Indonesia muncul berbarengan sekitar abad ke-10

Pakar marketing Kafi Kurnia menjadi salah seorang panelis Rembuk Republik bertema
Foto:

Pengalaman kuliner tentang ikan asin ini kemudian berlanjut ke berbagai benua. Di Jepang, suatu saat saya disuguhkan ikan teri asin yang dijadikan camilan. Gurih dan membuat saya ketagihan luar biasa.

Di Italia, suatu saat saya disajikan piza dengan taburan ikan asin. Sangat lezat dan membuat saya ketagihan. Saat itu saya berpikir, ternyata ikan asin itu sesungguhnya sangat mendunia. Karena bisa kita temui dalam tiap kultur.

Uniknya dalam diskusi tentang kuliner Indonesia, saya pernah ditanya tentang masakan Indonesia yang perlu kita angkat dan populerkan sebagai daya tarik kuliner dunia. Ketika saya menyebut ikan asin, saya ditertawakan ramai-ramai di forum.

Kisah ini kemudian saya ceritakan kepada mentor saya, Mpu Peniti. Beliau juga ikut tertawa. Hati saya menjadi galau luar biasa. Pekan berikutnya, saya diajak mentor saya ke sebuah pasar di Jakarta yang menjual berbagai ikan asin.

Ikan asin yang dijual jenisnya lebih dari selusin. Kegalauan saya berubah menjadi kekaguman luar biasa! Konon, sejak abad ke-9 dan 10 di berbagai prasasti yang ditemukan wilayah nusantara ditemukan bukti-bukti tentang adanya industri ikan asin.

Mpu Peniti kemudian bertutur, kita yang sangat kaya dengan budaya sering kali meremehkan sejarah dan budaya kita. Barangkali itu yang terjadi dengan ikan asin. Kita semua meremehkan ikan asin. Kita menganggap enteng ikan asin.

Mengutuknya sebagai makanan murahan dan makanan orang miskin. Kita gagal melihat potensinya. Kita miskin visi untuk menjadikan ikan asin Indonesia sebagai sebuah potensi kuliner yang dahsyat.

Jonathan Swift (30 November 1667-19 October 1745) seorang pemikir, pernah mengatakan visi adalah sebuah penglihatan yang nyata bagi seorang pemimpin. Dan visi adalah salah satu kualitas pemimpin besar.

Kita tidak bisa memungkiri bahwa Indonesia memiliki begitu banyak “jejak kejayaan” mulai dari tradisi, budaya, sejarah, dan kearifan lokal. Jejak kejayaan ini menjadi mozaik kekayaan dan kemakmuran yang menunggu masa panen.

Masalahnya, kita selalu bertanya, kapan takdir kejayaan itu akan terwujud? Berangkat dari tantangan ini, di saat Hari Kebangkitan Nasional yang keramat pada 2018, mungkin kita bisa memberikan sentilan baru.

Yaitu kebangkitan kuliner Indonesia memenuhi takdir kejayaannya di dunia Internasional. Siapa tahu di hari ini, ada pemimpin kita yang mau merenung bahwa kejayaan Indonesia sebenarnya lebih sederhana dari yang kita bayangkan.

Tempe, sambal, kerupuk, dan ikan asin bisa menjadi inspirasi nyata jalur kejayaan yang seharusnya kita tempuh. Hal terpenting, mengobarkan semangat takdir kejayaan itu, sebagai bangsa kita punya takdir kejayaan yang harus kita wujudkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement