REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Survei yang dilakukan oleh Indonesia Strategic Institute (Instrat) menunjukan, Deddy Mizwar menjadi calon gubernur favorit pilihan generasi milenial dan generasi Z, dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) Jabar. Pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi unggul tipis atas pasangan Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum.
"Di luar perkiraan banyak orang, Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi dapat mengimbangi pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum dengan keterpilihan 35,2 persen," ujar Dewan Pakar Instrat Sidrotun Naim di Bandung, Ahad (19/5).
Dalam survei, pasangan Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum akan dipilih oleh 34,5 persen responden generasi milenial. Dua pasangan lain, menurut Naim, pasangan TB Hasanuddin-Anton Charliyan dipilih 4,1 persen generasi milenial, dan pasangan Sudrajat-syaikhu dipilih 7,9 persen.
Naim mengatakan, di kalangan generasi Z, pasangan Deddy-Dedi bahkan mendominasi keterpilihan yakni sebesar 48,2 persen. Sedangkan pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum dipilih oleh 24,7 persen, sementara pasangan TB. Hasanuddin-Anton Hasanah dipilih sebesar 3,5 persen, dan Sudrajat-Syaikhu dipilih oleh 7,6 persen generasi Z.
Sidrotun Naim mengatakan, istilah generasi millenial yang digunakan, mengacu pada mereka yang lahir pada rentang tahun 1980-1994. Sedangkan generasi Z mengacu pada genarasi saat penetrasi internet sudah eksis, khususnya di Indonesia, maka digunakan dari rentang tahun 1995-2001 (diambil hingga tahun 2001 karena sebagian dari mereka yang lahir tahun 2001 sudah bisa menggunakan hak pilihnya pada Pilkada Jabar 2018 lantaran sudah berusia 17 tahun).
Sidrotun Naim menjelaskan, dari 1800 responden yang disurvei, 41,6 persen termasuk dalam generasi millenial, dan 4,6 perasen lainnya termasuk dalam generasi Z. Sehingga, ia berkesimpulan, generasi millenial dan generasi Z tidak ekslusif terkonsentrasi pilihannya pada pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum.
Ini menunjukkan bahwa generasi millenial dan generasi Z diduga sebarannya masih memiliki variasi latar belakang yang beragam, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat menghambat terjadinya idealitas karakter generasi millenial dan generasi Z. Sehingga, pilihan tidak mengerucut pada calon berusia lebih muda.
Naim mencontohkan, faktor desa versus kota yang perbandingannya 78 persen:22 persen dengan tingkat penetrasi internet yang masih jauh dari maksimal. Serta, pengguna sosmed bahkan masih jauh dari setengah dari populasi DPT pemilih.