REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Kapolda Jawa Barat Inspektur Jenderal Polisi Agung Budi Maryoto mengatakan dua terduga teroris yang ditangkap di Kota dan Kabupaten Cirebon merupakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Tambun, Bekasi. Dua terduga teroris yang ditangkap berinisial H dan S.
"Ini merupakan jaringan JAD, kalau yang di kota masih kita 'silent' dulu," kata Agung di Cirebon, Kamis (17/5).
Penangkapan kedua terduga teroris itu merupakan hasil pengembangan yang dilakukan Polri dan berkaitan dengan empat terduga teroris yang di Tambun. "Kedua tersangka ini, merupakan pengembangan dari keterangan yang ditangkap di Tambun, di mana menyebutkan dua orang H dan S," ujarnya.
Setelah melakukan pengkapan kemudian Densus menggeledah rumah kontrakan tersangka S yang berada di RW 02 RT 05 Desa Jemaras Kidul, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, sedangkan H diringkus di Kota Cirebon.
"Kemudian dari hasil penangkapan kami melakukan penggeledahan. Penggeledahan ini merupakan rumah kontrakan saudara J yang sudah tertangkap saat bom di Jalan Thamrin Jakarta," tuturnya.
Salah satu dari terduga teroris yang berinisial S menempati kontrakan yang dulu ditempati J dan tadi digeledah oleh Densus. Menurutnya, penggeledahan itu supaya masyarakat betul-betul aman, barang bukti yang telah diamankam ada dua aki yang berukuran besar.
"Padahal yang bersangkutan tidak mempunyai motor. Yang lain tidak ada yang signifikan, tersangka dan barang bukti kami bawa ke Jakarta untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh Densus," kata Agung.
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri mewaspadai kebangkitan sel JAD yang sempat 'tidur' untuk melakukan aksi teror. Densus 88 pun tengah melancarkan serangkaian aksi penangkapan menyusul teror bom di Surabaya.
"Yang paling besar JAD di Jawa Barat dan Jawa Timur tapi kita waspadai juga daerah lain," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto di Jakarta Senin (14/5).
Setyo mengatakan pengikut JAD juga berkembang di Bima Nusa Tenggara Barat dan Poso Sulawesi Tengah, namun penyebaran terbesar di Jabar dan Jatim. Setyo mengungkapkan, polisi memeriksa seluruh database anggota maupun pengikut JAD di Indonesia karena selama ini sel tidur JAD kerap menghindar saat diikuti intelijen.
Setyo menjelaskan, kebangkitan sel tidur melakukan serangan bom bunuh diri itu sebagai aksi balas dendam terhadap aparat kepolisian yang telah menangkap pimpinan JAD di Indonesia, Aman Abdurrahman.