Kamis 17 May 2018 14:03 WIB

PDIP-Golkar tak Khawatir TGB Jadi Jurkam Zul-Rohmi

Pilkada gubernur merupakan pesta memilih paslon dan bukan memilih TGB.

Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi turun sebagai juru kampanye pasangan Zulkieflimansyah dan Siti Rohmi Djalilah (Zul-Rohmi) dam Syamsul Lutfi dan Najamuddin (Fiddin) di Lapangan Sakra dan dan Lapangan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur, NTB, pada Senin (14/5).
Foto: dok. Tim Pemenangan Zul-Rohmi
Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi turun sebagai juru kampanye pasangan Zulkieflimansyah dan Siti Rohmi Djalilah (Zul-Rohmi) dam Syamsul Lutfi dan Najamuddin (Fiddin) di Lapangan Sakra dan dan Lapangan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur, NTB, pada Senin (14/5).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Tim Pemenangan calon gubernur dan wakil gubernur dari Golkar-PDIP tak khawatir Tuan Guru Bajang (TGB) turun menjadi juru kampanye pasangan Zulkieflimansyah dan Sitti Rohmi Djalilah (Zul-Rohmi). TGB turun langsung mengampanyekan Zul-Rohmi di wilayah Lombok Tengah dan Lombok Timur, beberapa hari lalu.

Ketua Tim Pemenangan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Moh Suhaili FT dan H Muhammad Amin (Suhaili-Amin), Baiq Isvie Rupaedah,  mengatakan tidak khawatir karena masyarakat NTB sudah cerdas melihat pasangan calon (paslon). "Karena yang dilihat itu bukan TGB, tetapi paslon," kata Isvie Rupaedah di Mataram, Kamis (17/5).

Ketua DPRD NTB ini menyatakan ajang pilkada gubernur merupakan pesta memilih paslon dan bukan memilih TGB. "TGB memang hebat dan luar biasa, tetapi apakah orang yang dijagokan mampu seperti TGB,” kata dia.

Dia mengatakan masyarakat mulai menyadari keberadaan pilkada adalah memilih pemimpin mereka pascagubernur saat ini tidak bisa lagi mencalonkan diri karena terbentur aturan perundang-undangan. “Kayaknya masyarakat sudah tidak mau lagi ada pemerintahan bayang-bayang. Saat ini, yang ada itu adalah orang pasti melihat track record paslon dan bukan TGB yang turun mengampanyekannya," ucapnya.

Isvie menilai, kehadiran TGB tidak akan berpengaruh apapun guna mendongkrak elektabilitas paslon Zul-Rohmi. Sebab, kata dia, turunnya TGB selaku gubernur NTB saat ini justru merupakan sebuah hal yang biasa. Dia mengatakan, tugas TGB selaku kader partai memang mengampanyekan paslon yang diusung oleh partainya. Karena itu, dia kembali menegaskan, tidak ada yang harus dirisaukan, apalagi ditakutkan. 

“Efeknya juga belum terlihat hingga kini," tegasnya.

Meski TGB turun, Isvie mengatakan, elaktabilitas pasangan Suhaili-Amin tertinggi dari calon lain. Politikus Golkar NTB ini menuturkan hal tersebut tidak terlepas dari antisipasi yang dilakukan sejak awal.

Dia mengatakan telah melakukan antisipasi sejak awal terkait turunnya TGB mengampanyekan paslon Zul-Rohmi. "Insya Allah, sedari awal kita telah antisipasi, karena kita juga punya gerakan yang sama,” kata sekretaris DPD Golkar NTB itu.

Terpisah, Tim Pemenangan paslon Ahyar Abduh dan Mori Hanafi (Ahyar-Mori), Made Slamet, juga mengungkapkan hal yang sama. Dia tidak khawatir karena paslon Ahyar-Mori juga memiliki strategi guna mengimbangi turunnya gubernur dua periode tersebut.

"Bagi pasangan Ahyar-Mori, apalagi TGB sebentar lagi mau istrahat, tidak ada yang wah atas turunnya TGB itu sejauh ini," ujar dia. 

Namun, ia menilai TGB tidak adil. Hal itu, lantaran izin cuti kampanye yang diajukan oleh Bupati Sumbawa Husni Djibril justru tidak diberikan oleh gubernur NTB hingga kini. 

Husni mengajukan cuti guna mendampingi paslon nomor urut dua berkampanye di wilayahnya. "Jadi, kami sayangkan sikap kenegarawan TGB itu. Di satu sisi, ia turun mengkampanyekan kakaknya (Zul-Rohmi), tetapi di sisi lain, izin cuti kampanye pak Bupati Sumbawa tidak diberikan," terangnya.

Menurut politikus PDI Perjuangan tersebut, seharusnya TGB yang kini telah menjadi perbincangan masyarakat Indonesia fokus meluruskan ikhtiarnya berjuang di level nasional. Tidak seharusnya TGB melakukan kampanye keliling ke daerah hanya sekadar mengajak masyarakat memenangkan paslon Zul-Rohmi dalam kontestasi Pilgub NTB 2018.

Ia menyarankan, mestinya TGB meniru langkah politik dua kepala daerah yang juga adalah kader Partai Demokrat, yakni Gubernur Soekarwo di Jatim dan Gubernur Mangku Pastika di Bali. Keduanya bersikap arif dan negerawan dengan tidak turun gelanggang melakukan cuti kampanye sekadar untuk memenangkan paslon yang diusung partainya.

"Kami selaku politisi menyayangkan sikap TGB itu,” kata dia.

Dia pun mengingatkan presiden dan wakil presiden RI tidak pernah turun mengampanyekan seorang gubernur maupun wakil gubernur yang didukung oleh partainya. “(Mereka) yang negarawan netral memberikan ruang pada paslon manapun untuk bertanding dalam kompetisi Pilkada kali ini," ujar Made Slamet.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement