Rabu 16 May 2018 14:47 WIB

Sebut 2019 Ganti Presiden, Tim Asyik: Tidak Melanggar Aturan

Tim pemenangan paslon Sudrajat-Ahmad Syaikhu menilai tak ada aturan yang dilanggar.

Rep: Farah Noersativaa/ Red: Bayu Hermawan
Pasangan Calon Gubernur Jawa Barat dari Partai Koalisi Asyik, Sudrajat (kiri) - Ahmad Syaikhu berfoto saat melakukan pertemuan di Jakarta, Kamis (1/3).
Foto: Republika/Prayogi
Pasangan Calon Gubernur Jawa Barat dari Partai Koalisi Asyik, Sudrajat (kiri) - Ahmad Syaikhu berfoto saat melakukan pertemuan di Jakarta, Kamis (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim kampanye pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi Jawa Barat (Jabar) Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik), Haru Shuandaru menyebut pernyataan akhir atau closing statement yang dilontarkan oleh kandidatnya tak melanggar aturan apa pun dalam acara debat itu. Dalam momentum itu, Sudrajat dan Syaikhu sempat menyinggung soal ganti presiden yang dinilai di luar konteks debat pilgub Jabar.

"Sebetulnya kalau dari kami melihat itu, yang pertama, sebagai penyampaian aspirasi. Kedua, juga kebebasan untuk berpendapat," ujar Haru saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (16/5).

Haru mengungkapkan, selama paslon Asyik berkeliling ke berbagai kota dan kabupaten di Jawa Barat untuk kampanye, sebagian masyarakat Jawa Barat mengharapakan adanya pergantian kepemimpinan negara pada 2019 mendatang.

Aspirasi itu, kata dia, sebenarnya setara atau sama dengan aspirasi lainnya yang disampaikan oleh masyarakat. Haru mengatakan, timnya tak menganggap adanya permasalahan bila memang hal itu diangkat dan disebut pada saat acara debat pilgub Jabar yang diselenggarakan di Universitas Indonesia pada Senin (14/5) malam itu.

"Saya kira tidak ada pelanggaran yang dimaksudkan," ucapnya.

Dia juga menyebut, tagar #2019GantiPresiden yang muncul pada saat momentum pesan penutupan dalam debat itu merupakan gagasan yang setara dengan gagasan Jokowi dua periode. Sehingga, sah-sah saja bila kandidatnya mengangkat hal tersebut. Sementara itu, dia sendiri menganggap dalam acara itu juga sempat digaungkan dukungan kepada Jokowi.

"Sebetulnya sama saja itu. Karena tagar #2019GantiPresiden itu setara dengan Bapak Jokowi dua periode. Jadi, sama-sama sebuah aspirasi, sama-sama sebuah pendapat. Seharusnya sih tidak usah sampai ada keributan, begitu," katanya.

Sebelumnya, pada saat penutupan, Sudrajat mengatakan, bila pasangang Asyik memenangi pilgub Jabar 2018 maka pada 2019 juga akan bisa terjadi penggantian presiden. Hal itu kemudian dianggap oleh beberapa pihak, termasuk KPU Jawa Barat, sebagai tindakan yang melanggar aturan debat pilgub Jabar lalu.

Debat publik calon gubernur Jawa Barat (cagub Jabar) di Balairung Kampus Universitas Indonesia (UI), Depok, sempat diwarnai kericuhan, Senin (14/5) malam. Kericuhan yang berasal dari para pendukung terjadi setelah pernyataan penutup (closing statement) pasangan calon gubernur Sudrajat dan Syaikhu (Asyik) yang diusung Gerindra-PKS.

Saat itu, Sudrajat sampai pada ujung pernyataannya dan Syaikhu tiba-tiba mengeluarkan kaus bertuliskan 2018 Asyik Menang, 2019 ganti presiden. "Kalau Asyik menang, insya Allah 2019 kita akan ganti presiden," kata Sudrajat.

Aksi pasangan itu ternyata memancing emosi pendukung pasangan Hasanudin-Anton Charliyan (Hasanah) yang diusung PDIP. Suasana tiba-tiba ricuh dari area kursi pendukung. Para pendukung pasangan Hasanah tampak meluapkan emosinya.

(Baca: Bawaslu: KPU Jabar Kecolongan Soal Insiden Ganti Presiden)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement