REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) M Sulton Fathoni mengatakan, aparat keamanan gagap terhadap masyarakat yang mengenakan baju identitas agama. Hal tersebut sebagaimana tampak dalam video yang viral, yaitu seorang santri bersarung yang membawa tas dan kardus.
"Rekaman video tersebut tak hanya potret kegagapan aparat kita, juga keterbatasan penguasaan ilmu tentang masyarakat Muslim yang bersifat keamanan," kata Sulton di Jakarta, Rabu (16/5).
Sebelumnya, beredar rekaman video viral di media sosial tentang seorang santri putra yang diinterogasi beberapa polisi di pinggir jalan. Polisi curiga terhadap ransel dan kardus yang dibawanya.
Menurut Sulton, aparat tak hanya harus memahami tentang seluk-beluk senjata dan terorisme. Faktor penting lainnya yang perlu dipahami adalah struktur dan kultur sosial masyarakat Muslim.
Dia mengatakan, pengabaian terhadap faktor kultur dan struktur sosial masyarakat Muslim akan berakibat pada ketidakjelian identifikasi. "Penting memahami struktur dan kultur masyarakat Muslim Indonesia. Ini tema yang tidak rumit. Coba belajarlah agar sasarannya tepat dan tidak menimbulkan kejengkelan baru masyarakat luas," kata dia.
Sulton meyakini jika kasus seperti itu tidak dievaluasi dan terjadi berulang-ulang, berpotensi memunculkan kegaduhan dan keresahan masyarakat. "Ujungnya, para teroris bersorak upayanya membuat panik berhasil," kata dia.
Sebelumnya, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto pun angkat bicara soal meningkatnya "kecurigaan" personel Polri. Ia meminta tindakan polisi saat ini dimaklumi.
"Kita tidak boleh underestimate. Mohon maaf kepada masyarakat yang disetop, dimintai keterangan, dan ditanya seharusnya kooperatif kalau dia tidak punya masalah," ujarnya di Markas Besar Polri, Jakarta, Selasa (14/5).
Baca Juga: Viral Video Polisi Periksa Pria Bersarung, Ini Kata Polri