Selasa 15 May 2018 21:08 WIB

IABIE: Tingkatkan SDM Polisi dan Intelijen Hadapi Terorisme

Itu perlu karena tugas-tugas mereka ke depan semakin kompleks.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Angga Indrawan
Spanduk Kami Bersama Polri dan bunga mawar dalam acara doa bersama di halaman depan mabes polri, Jakarta, Kamis (10/5) malam. Acara ini bertujuan untuk memanjatkan doa untuk para korban meninggal dalam kasus kerusuhan di Mako Brimob dan juga sebagai bentuk dukungan terhadap kepolisian dalam memberantas terorisme di Indonesia.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Spanduk Kami Bersama Polri dan bunga mawar dalam acara doa bersama di halaman depan mabes polri, Jakarta, Kamis (10/5) malam. Acara ini bertujuan untuk memanjatkan doa untuk para korban meninggal dalam kasus kerusuhan di Mako Brimob dan juga sebagai bentuk dukungan terhadap kepolisian dalam memberantas terorisme di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pengurus Pusat Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) memberikan rekomendasi kepada kepolisian dan lembaga intelijen. Menurut IABIE, penting bagi keduanya untuk meningkatkan kompetensi teknis sumber daya manusia (SDM)-nya dalam mengatasi masalah laten terorisme.

"Sebagai organisasi profesi yang anggotanya memiliki kompetensi teknologi, maka untuk mengatasi masalah laten terorisme, IABIE memberikan rekomendasi yakni pentingnya peningkatan kompetensi teknis untuk SDM kepolisian dan SDM lembaga intelijen," tutur Ketua Umum IABIE Bimo Sasongko dalam keterangan tertulisnya, Senin (14/5).

Menurutnya, postur dan kompetensi SDM kedua lembaga tersebut harus senantiasa ditingkatkan. Itu perlu karena tugas-tugas mereka ke depan semakin kompleks, tugas yang membutuhkan spesialisasi di bidangnya. Ditambah lagi drngan modus operandi terorisme kini yang ia nilai telah tumbuh secara sporadis dan sering beraksi tiba-tiba dan sulit diantisipasi.

"Aksi terorisme individual maupun kelompok setiap saat mengintai kehidupan bangsa Indonesia. Tempat pertemuan publik dan infrastruktur perhubungan serta pusat perekonomian perlu mendapat perhatian yang lebih serius dari Polri," terangnya.

Bimo menerangkan, sistem pengamanan infrastruktur publik dan pusat perdagangan di Indonesia juga memerlukan peralatan dan kompetensi SDM yang bertugas sebagai keamanan. Hal itu diperlukan untuk mengantisipasi serangan dari pihak teroris.

"Penanganan teroris dan perlindungan infrastruktur publik membutuhkan pendidikan dan peningkatan keahlian bagi personel keamanan dengan segera. Kompetensi termasuk aspek standarisasi dan tatakelola peralatan deteksi dini terhadap obyek vital dan infrastruktur publik," katanya.

Ia menuturkan, SDM Polri yang memiliki kompetensi tinggi dibidang Threat Identification and Risk Assesment (TIRA) dalam menghadapi aksi teroris yang semakin ganas pun perlu dipersiapkan. Dengan kompetensi tersebut, mereka bisa mengidentifikasikan ancaman dan menyusun perencanaan sistem keamanan infrastruktur dengan baik. 

"Sangat dibutuhkan SDM Polri yang mumpuni di bidang engineering security beserta peralatan seperti pendeteksi bahan peledak dan senjata. Juga semakin pentingnya teknologi CCTV dengan menggunakan computer based surveillance yang mampu mengolah gambar dan video sedemikian rupa," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement