Selasa 15 May 2018 16:31 WIB

KPAI: Ada Anak yang Dilibatkan Rencanakan Aksi Teror

KPAI menyatakan pelibatan anak dalam aksi terorisme terjadi dalam berbagai level.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ratna Puspita
Pecahan kaca di Gereja Santa Maria akibat serangan bom, Ahad (13/5).
Foto: Trisnadi/AP
Pecahan kaca di Gereja Santa Maria akibat serangan bom, Ahad (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkapkan pelibatan anak-anak dalam aksi terorisme terjadi dalam berbagai level. Tidak hanya diajak menjadi eksekutor, KPAI menyebutkan ada anak yang diajak untuk merencanakan melakukan aksi terorisme. 

Ketua KPAI Susanto mengatakan, salah satu grup terorisme bertugas sebagai kelompok perencana dan pengatur lapangan. Kelompok ini yang memilih waktu, lokasi, dan momentum yang dianggap tepat dalam melakukan aksinya. 

"Dalam sejumlah kasus, anak juga dilibatkan dalam perencanaan sebelum melakukan aksinya," kata dia saat konferensi pers menyikapi modus baru kejahatan terorisme, di Jakarta, Selasa (15/5).

Pada kasus terorisme di tiga gereja dan kantor kepolisian di Surabaya, Jawa Timur, anak-anak dilibatkan sebagai eksekutor. Sutanto mengatakan pelibatan anak-anak sebagai eksekutor teror ini tergolong dalam grup pertama. 

Grup ini bertugas kelompok eksekutor yaitu terlibat aktif di lapangan melakukan aksi teror. "Jika dikategorisasikan, jaringan terorisme dapat dikelompokkan ke dalam lima grup," kata Sutanto.

Selain grup perencana dan eksekutor, Sutanto menyebutkan tiga grup lainnya, yakni kelompok mentor, penyandang dana, dan simpatisan. Dia menerangkan kelompok mentor biasanya berperan mencari dan melakukan pembibitan kader teroris. 

Dia menerangkan infiltrasi yang dilakukan biasanya melalui berbagai pendekatan. Termasuk infiltrasi melalui satuan pendidikan, jaringan organisasi tertentu, dan pertemuan rutin atas nama agama.

"Mentor utama seringkali memanfaatkan anak dan remaja untuk melakukan mentoring kelompok sebaya," katanya.

Grup keempat adalah kelompok penyandang dana. Meski sering tak terdeteksi , tetapi berkontribusi besar terhasap kesuksesan aksi teror yang dilakukan. 

Grup kelima adalah kelompok simpatisan. Susanto menyebut kelompok ini tidak terlibat aktif melakukan aksi teror, tetapi memberikan dukungan moral terhadap aktivitas yang dilakukan oleh jaringan terorisme.

Sutanto menambahkan pelibatan anak-anak dalam berbagai level aksi teror ini menunjukkan terorisme di Indonesia terus mengalami pergeseran dari tahun ke tahun. Anak yang sangat mudah terpengaruh mengikuti guru yang mereka yakini sebagai pembawa kebenaran.

Dari 13 jenazah yang tersimpan di kamar mayat Rumah Sakit Bhayangkara, lima di antaranya berusia di bawah 18 tahun. Empat jenazah, yakni Fad (12 tahun), PR (9), dan FH (16), tewas ketika melakukan aksi di gereja. Sementara RAR (17) meninggal ketika bom rakitan keluarganya tidak sengaja meledak di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement