REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Rentetan tindakan yang tidak berperikemanusiaan oleh sejumlah terduga teroris di beberapa tempat di Indonesia merupakan tindakan para penganut faham radikal. Namun ia meminta hal ini jangan dikaitkan dengan agama mana pun.
"Yang paling menjadi pusat perhatian saat ini adalah aksi bom bunuh diri pada tiga gereja serta Polrestabes di Surabaya (Jatim) yang sengaja dilakukan orang-orang tidak bertanggungjawab," kata Kabid Humas Polda Maluku, Kombes Pol Muhammad Roem Ohoirat di Ambon, Senin (14/5).
Menurut dia, dari kejadian tersebut telah mengakibatkan jatuhnya korban yang meninggal dunia dan luka-luka, baik aparat kepolisian yang sedang menjalankan tugas negara serta tidak mengenal suku dan agama maupun masyarakat dan para pelaku penyerangan sendiri. Para korban ini justru berasal dari berbagai latar belakang suku, agama, dan ras yang ada di Indonesia.
Belajar dari kejadian tersebut maupun yang sebelumnya sudah terjadi maka disampaikan kepada masyarakat di Maluku agar tidak terprovokasi dengan peristiwa seperti ini. "Tidak perlu mengaitkan aksi teror yang sudah terjadi ini dengan kegiatan agama, karena faham terorisme sama sekali tidak terkait dengan ajaran agama mana pun," jelasnya.
Sebab semua agama pada dasarnya mengajarkan tentang kebaikan, kasih sayang, dan kedamaian. "TNI/Polri bersama rakyat tidak akan membiarkan faham-faham radikal apa pun untuk tumbuh dan berkembang di wilayah NKRI," tegas Kabid Humas.
Bentengilah diri dan keluarga dari upaya-upaya pihak tertentu yang ingin mempengaruhi atau menanamkan faham atau ajaran radikal yang menyimpang dari kebiasaan. "Bila menemukan orang atau kelompok orang yang mencurigakan di tempat tinggal saudara agar segera dilaporkan kepada aparat keamanan setempat dan ingat falsafah hidup yang ditanamkan oleh leluhur kita yaitu semangat Pela Gandong," katanya.