Selasa 15 May 2018 06:15 WIB

Korban Bom Surabaya, Mulai Luka Bakar Hingga Harus Amputasi

Korban luka umumnya menderita luka bakar hingga 90 persen.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andi Nur Aminah
Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Muluk
Foto: Republika/Wihdan
Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Muluk

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengungkap, saat ia mengunjungi rumah sakit (RS) yang menjadi tempat para korban luka bom di Kota Surabaya, Jawa Timur, Ahad (13/5), terungkap bahwa para korban menderita luka bakar hingga 90 persen. Bahkan ada yang harus diamputasi kakinya.

Nila mengaku ada tiga lokasi yang ia perhatikan. Yaitu korban yang terkena ledakan bom di Jalan Arjuna, dia terkena campuran bensin dan ia mengalami luka bakar hingga 90 persen. "Jadi hampir total seluruh tubuhnya terbakar," katanya di sela-sela temu media Hari Lanjut Usia Nasional 2018, di Jakarta, Senin (14/5).

Ia menambahkan, korban yang menderita luka bakar parah ini akan menjalani perawatan luka bakar karena cairan tubuhnya mengalami gangguan. Ia menegaskan penanganan korban luka bakar ini harus segera diatasi. Karena jika penanganannya terlambat maka bisa menyerang jantung yang membahayakan kondisi korban. "Jadi dokter harus mengatasi itu dulu kemudian mengatasi infeksinya," ujarnya.

Korban luka bakar ini juga harus diisolasi di ruang khusus supaya tidak terkena infeksi. Kalaupun sembuh, Nila mengatakan, korban bisa memiliki bekas jaringan parut karena parahnya luka bakar.

Ia juga mengungkap, korban lainnya ada yang terkena pisau lipat, atau potongan baja yang masuk ke kaki korban. Akibatnya, kata dia, ototnya harus dijahit dan jika sembuh ini bisa mengganggu fungsional tubuhnya. "Ada juga yang kakinya harus diamputasi," katanya.

Tak hanya itu, Nila pun mengaku mendapat keterangan dari dokter bahwa ada korban yang terkena pecahan kaca di kepala. Tetapi beruntung setelah dilakukan CT scan tidak menganggu otak. Pihaknya juga membicarakan memberikan trauma healing untuk korban karena banyak korban yang psikisnya trauma.

"Kemarin, korban yang masih bisa berbicara saja mengatakan masih trauma. Bayangkan saja kalau ini terjadi pada kita, ini jadi mimpi buruk," ujarnya.

Nila mengatakan bahwa sampai saat ini total korban meninggal dunia sebanyak 13 orang, sedangkan korban luka-luka sebanyak 47 orang. Jumlah tersebut kemungkinan akan bertambah dikarenakan masih ada tiga korban yang masih kritis dengan luka bakar mencapai 99 persen.

Sebelumnya, Kota Surabaya diguncang tiga bom. Peristiwa biadab itu terjadi mulai Ahad (13/5) kemarin pukul 07.13 WIB di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, Surabaya. Menyusul kemudian ledakan di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Jemaat Sawahan di Jalan Arjuno serta Gereja Kristen Indonesia Diponegoro 146 di Jalan Raya Diponegoro.

Pelaku pengeboman ini teridentifikasi sebagai keluarga Dita Supriyanyo yang tinggal di kawasan Wonorejo, Rungkut, Surabaya. Dita terlebih dahulu mengantar isteri dan dua anak perempuannya di Gereja GKI Jalan Diponegoro. Istrinya bernama Puji Kuswati. Kemudian anaknya yang perempuan berumur 12 tahun dan PR (9 tahun) mengebom di Gereja Jalan Diponegoro. Lalu dia dan anak-anaknya yang lain Yusuf Fadil (18) dan Firman Halim (16) mengebom di Gereja Katolik di Ngagel Madya. 

 

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement