REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pertarungan pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat 2018 memanas. Pakar Politik Universitas Parahiyangan (Unpar) Asep Warlan mengatakan, empat pasangan calon (paslon) gubernur saat ini berebut suara swing votter yang jumlahnya masih mencapai 30 persen.
Dua pasangan calon yang saat ini menduduki urutan pertama dan kedua versi lembaga survei yaitu paslon Deddy-Dedi, Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi, serta paslon Rindu Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum.
Namun, menurut Asep, walaupun berada di urutan pertama, keduanya belum tentu memenangkan pilgub Jabar. Hal ini, seperti Pilgub pada 2008 dan 2013 yang keluar menjadi pemenang adalah paslon yang tidak diunggulkan pada survei. Apalagi, swing votter yang masih di angka 30 persen menjadi perebutan semua calon.
"Pilgub ini menjadi ajang perang strategi antarpaslon untuk meyakinkan swing votters karena swing votters bisa menjadi penentu kemenangan," ujar Asep Warlan kepada wartawan, Senin (14/5).
Asep mengatakan, pasangan yang paling berpotensi mendaptkan raihan suara swing votter adalah pasangan Asyik Sudrajat dan Ahmad Syaikhu. Karena, partai pengusung yaitu PKS merupakan partai yang memiliki mesin paling efektif. Bahkan, kata Asep, PKS masih sangat efektif dan hingga kini belum mampu ditandingi mesin partai lainnya. Menurutnya, dengan doktrin memilih pemimpin sebagai ibadah di PKS, mesin PKS mampu bergerak masif tanpa logistik sekalipun.
"Ini terbukti dalam Pilgub Jabar 2008 dan 2013 lalu dimana mesin PKS sangat efektif dan akhirnya menang. Kondisi serupa juga terjadi di Pilgub DKI kemarin," katanya.
Asep menjelaskan, pasangan Asyik yang diusung PKS, Gerindra, dan PAN juga berpeluang besar menjadi pemenang Pilgub Jabar 2018. Meski sejumlah lembaga survei menempatkan elektabilitas pasangan Asyik di posisi ketiga, tapi hal itu harus tetap diwaspadai ketiga pasangan cagub-cawagub Jabar lainnya. Jadi buat pasangan lain jangan terlena dengan laporan-laporan hasil survei karena geraknya mesin PKS ini dibarengi fanatisme dan mereka bekerja sangat serius.
"Jangan terlena karena bisa saja suara yang telah diraih itu sebenarnya hanya sepersekian persennya saja dari total pemilih di Jabar," katanya.
Swing votters, kata dia, terbagi ke dalam tiga kategori. Pertama, adalah calon pemilih yang belum mengetahui data tentang kandidat paslon, termasuk program kerjanya. Kedua, tidak berafiliasi secara politik dan terakhir, calon pemilih ini sebenarnya sudah menetapkan pilihannya, namun tidak dinyatakan secara terbuka.
"Saat ini, jumlah swing votters di Pilgub Jabar saya prediksi masih besar di atas 30 persen dari total DPT (daftar pemilih tetap) sekitar 31 juta," kata Asep seraya mengatakan, jelang pencoblosan nanti, kemungkinan jumlah suara swing votters bisa berkurang hingga 10 persen.
Terpisah, Ketua Bidang Hubungan masyarakat (Humas) DPP PKS Ledia Amaliah Hanifah, mesin partai sudah bergerak menangkan paslon yang diusungnya. Saat ini, calon legislatif DPRD Provinsi, Kabupaten/kota dan DPR RI PKS dan Gerindra dari khususnya sudah berkampaye Asyik.
"Semua caleg sudah konsolidasi didaerah pemilihannya masing-masing dengan biaya mereka sendiri," kata Ledia.
Selain itu, kata Ledia, sebagian daerah baik PKS dan Gerindra dibantu PAN sudah melakukan pelatihan saksi. Karena, ia tidak ingin ada satu TPS yang kosong dari saksi.