Senin 14 May 2018 07:45 WIB

Ketika Agus dan Erik Berlari Saat Lihat Kabel dalam Ransel

Agus dan Erik penghuni lantai 3 dan kamar yang menjadi titik ledakan di lantai 5.

Seorang petugas Penjinak Bom (Jibom) melakukan identifikasi di lokasi ledakan yang terjadi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel Madya, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5).
Foto: M RIsyal Hidayat/Antara
Seorang petugas Penjinak Bom (Jibom) melakukan identifikasi di lokasi ledakan yang terjadi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel Madya, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Salah seorang penghuni rumah susun, Agus, mengaku sempat lari menyelematkan diri. Hal itu saat dia melihat tas ransel dan kabel di dekat tubuh korban ledakan di salah satu kamar di Rumah Susun Wonocolo, Sidoarjo, Ahad (13/5) malam.

"Saya lari saat melihat ada kabel dan kelap-kelip lampu seperti LED. Pikiran saya dan Erik itu bom dan lari menjauh," ujarnya ketika ditemui di sekitar lokasi kejadian.

Agus dan Erik adalah penghuni lantai 3 Blok B di rumah susun yang berlokasi tidak jauh dari Mapolsek Taman tersebut, sedangkan posisi kamar yang menjadi titik pusat ledakan berada di lantai 5 dengan blok sama. Sekitar pukul 20.00 WIB lebih, Agus mendengar suara ledakan keras dari salah satu kamar di atas. Ledakan tersebut sempat dikiranya tabung elpiji.

Ia segera naik dan membuka pintu kamar tempat suara ledakan berasal, kemudian mendapati seorang pria tergeletak bersimbah darah, termasuk melihat seorang perempuan yang mengerang kesakitan. Agus pun mencoba menolong dan meminta bantuan ke warga lainnya, yang kebetulan datang adalah Erik dan bermaksud menyelamatkan para korban.

Namun, saat akan diangkat dan ditolong untuk dibawa ke rumah sakit, ia melihat kerlipan lampu di ransel dan kabel yang berada tidak jauh dari tangan korban sehingga spontanitas berpikiran bahwa itu adalah bom. Ia teringat pada Ahad paginya terjadi ledakan di tiga gereja di Surabaya yang berjarak sekitar 9-10 kilometer dari lokasi kejadian di Sidoarjo.

Agus dan Erik lantas meminta bantuan warga lainnya untuk menghubungi polisi. Penghuni rumah susun lain yang mendengarnya juga semburat menyelamatkan diri. Hingga akhirnya polisi dan aparat keamanan lainnya datang ke lokasi serta melakukan sterilisasi untuk menghindari hal tidak diinginkan, termasuk terjadinya ledakan susulan.

Berdasarkan keterangan kepolisian, korban bernama Anton yang merupakan kepala keluarga dan diduga kuat pemilik bom yang berada di kamarnya tersebut. Dalam kehidupannya sehari-hari, Anton dikenal warga sekitar sebagai seorang tukang ojek berbasis aplikasi (daring), sedangkan istrinya, yang akrab disapa Mbak Nur, adalah warga yang baik dan suka menyapa.

Kabid Humas Polda Jatim Kombespol Frans Barung Mangera mengatakan, selain tiga orang yang meninggal dunia, terdapat dua orang anak-anak perempuan yang masih dirawat di rumah sakit. Ia mengemukakan, tiga orang yang meninggal dunia itu salah satunya bernama Anton yang merupakan kepala keluarga.

"Pada saat tim masuk, melihat Anton masih memegang switcher dan kami tidak ingin mengambil risiko maka kami melumpuhkan Anton sehingga total sementara ada tiga orang yang meninggal dunia," katanya.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement