REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) mengutuk keras serangkaian peristiwa kekerasan dan teror yang beberapa waktu terakhir terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. ICMI mengajak seluruh tokoh bangsa aktif membimbing sekaligus menjadi teladan di kehidupan sosial kemasyarakatan mengenai pentingnya kerukunan hidup bersama yang damai untuk kemajuan bangsa Indonesia.
"Semua insan berada harus mengutuk pengeboman rumah ibadah. Kelompok teroris di manapun harus dihadapi, jika tidak rumah ibadah akan hancur karena kebiadaban," ujar Ketua Umum ICMI Prof DR Jimly Asshiddiqie, dari siaran resmi yang diterima, Senin (14/5).
Jimly mengatakan, para pelaku yang mengatasnamakan Islam dalam melakukan tindakan kekerasannya harus membaca dan memahami Alquran. Yakni surah Al Hajj ayat 40 yang menjelaskan bahwa semua rumah ibadah harus dilindungi karena banyak menyebutkan nama Tuhan, termasuk gereja.
"Demikian pula untuk kasus bom di Surabaya. ICMI menyampaikan duka cita yang mendalam. Kita doakan yang terbaik untuk korban dan keluarganya. Dan kita bantu aparat untuk menegakkan hukum sebaik-baiknya juga segera," kata Jimly.
Jimly mengimbau, agar kekerasan tak kembali terjadi di Indonesia. Terlebih tindakan para teroris yang menghancurkan rumah ibadah. "Memasuki Ramadhan 1439 Hijriah, diimbau agar umat Islam tetap tenang dan nyaman melaksanakan ibadah shaum sebagai bukti bahwa ajaran Islam adalah Rahmatan Lil Alamin dan tidak terpancing informasi yang dapat menghancurkan ukhuwah dan persatuan bangsa," ucap Jimly.
Seperti diketahui, serangan teroris kembali terjadi dalam sepekan terakhir ini. Pada Ahad (13/5), tiga gereja menjadi target serangan bom yang menewaskan sebelas orang dan 41 korban luka-luka.
Bom meledak di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Gereja Pentekosta Pusat Jamaat Sawahan, dan Gereja Kristen Indonesia Diponegoro. Sebelumnya, juga terjadi peristiwa kekerasan di Markas Komando Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat pada 9 dan 10 Mei.
Ratusan narapidana teroris melakukan perlawanan terhadap petugas dan merampas senjata sitaan. Lima anggota Brimob tewas mengenaskan setelah sebelumnya disandera oleh para narapidana teroris. Sedangkan satu anggota Brimob berhasil dibebaskan oleh narapidana teroris.