Ahad 13 May 2018 05:27 WIB

Dunia Mengecam Israel

Para pengungsi Palestina makin terancam.

Warga Palestina mengenakan makeup menyerupai karakter film Holywood Avatar dalam aksi menuntut 'Hak Kembali ke Tanah Air' di perbatasan Jalur Gaza dengan wilayah penjajahan Israel.
Foto: Ibraheem Abu Mustafa/Reuters
Warga Palestina mengenakan makeup menyerupai karakter film Holywood Avatar dalam aksi menuntut

Nasib para pengungsi

Akibat aksi pencaplokan Israel terhadap tanah Palestina, rakyat negeri ini pun berduyun-duyun mengungsi untuk menyelamatkan diri. Saat ini para pengungsi tersebut tersebar di Yordania, Suriah, Lebanon, dan beberapa negara lainnya. Ada pula yang tinggal kamp-kamp di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Mayoritas pengungsi hidup dengan mengandalkan bantuan dari Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

Namun, saat ini UNRWA tengah mengalami krisis dana setelah Amerika Serikat (AS) memangkas sejumlah bantuannya untuk badan tersebut. AS diketahui hanya menyiapkan dana sebesar 60 juta dolar AS untuk UNRWA pada 2018. Jumlah ini berkurang drastis dari sumbangan AS tahun lalu yang mencapai 360 juta dolar.

Pemangkasan ini tak pelak menyebabkan UNRWA mengalami krisis pendanaan. "Ini adalah krisis pendanaan terbesar kami," ujar Kepala UNRWA Pierre Krahenbuhl pada akhir April lalu.

Pemangkasan dana bantuan untuk UNRWA dilakukan AS tak lama setelah mereka mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Desember tahun lalu. Pengakuan itu menyebabkan Palestina menarik diri dari perundingan damai dengan Israel yang dimediasi AS. Palestina menilai AS tak lagi menjadi mediator netral karena terbukti membela kepentingan Israel.

Namun, AS memaksa Palestina agar tetap berkenan berunding dengan Israel. Salah satu upaya yang ditempuh AS untuk kembali menarik Palestina ke dalam perundingan adalah dengan memangkas dana bantuan terhadap UNRWA.

Negara-negara Teluk, termasuk Kanada dan Norwegia, telah menyiapkan dana sebesar 200 juta dolar AS untuk UNRWA. Sedangkan, UNRWA membutuhkan dana sebesar 465 juta dolar untuk program kemanusiaan tahun 2018. Ini berarti mereka masih membutuhkan suntikan dana sebesar 200 juta dolar AS.

Menurut Krahenbuhl, kekurangan dalam pendanaan tidak hanya mengancam bantuan pangan bagi warga dan pengungsi Palestina, tetapi juga pendidikan anak-anak mereka. Bila pendanaan tak mencukupi, program sekolah pada Agustus dan September untuk anak-anak Palestina terancam terhenti. UNRWA sendiri diketahui memiliki sekitar 700 sekolah yang mendidik 25 ribu anak-anak Palestina.

(Pengolah: endah hapsari)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement