Jumat 11 May 2018 18:53 WIB

Mahasiswa UMM Motivasi Korban Bullying Hingga ke AS

Rizka satu-satunya perwakilan Indonesia dalam ajang GES 2018.

Rizka Aliya Putri pada ajang Global Engagement Summit (GES) 2018 di Chicago, Amerika Serikat.
Foto: Dokumen.
Rizka Aliya Putri pada ajang Global Engagement Summit (GES) 2018 di Chicago, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Publikasi data yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) pada akhir 2017 menyatakan bahwa hampir 1 juta orang pada setiap bulannya meregang nyawa karena gangguan jiwa. Gangguan jiwa yang dialami oleh orang-orang tersebut pada umumnya berakar dari depresi dan rasa kecewa akibat bullying.

Fenomena tersebut menggugah Rizka Aliya Putri untuk mengampanyekan kesadaran masyarakat pada korban gangguan kesehatan mental yang berujung pada tindakan bullying. Rizka mengaku bahwa isu ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di luar sana juga menjadi isu utama dalam penanganan kesehatan jiwa.

“Isu ini, isu yang legit untuk diselesaikan soalnya ini kan berhubungan dengan kehidupan manusia yang bukan sekadar how to manage people orang sakit terus biar jadi menurut,” kata mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.

Melalui Teman Bicara yang merupakan hasil praktikum pada salah satu mata kuliah di Ilmu Komunikasi, Rizka melanjutkan proyek ini untuk bisa menjangkau lebih luas individu dengan gangguan kesehatan jiwa ini.

“Aku sudah minta restu ke teman-teman pas ngerjakan praktikum ini buat terus jalan dan ingin merangkul banyak orang untuk sharing lagi,” katanya menegaskan.

Menjadi salah satu dari 37 delegasi seluruh dunia pada ajang Global Engagement Summit (GES) 2018 di Chicago, Amerika Serikat, menjadikan Rizka satu-satunya perwakilan Indonesia yang hadir dalam ajang bergengsi tersebut. GES merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan oleh anggota organisasi GES dari North Western University, Evanston, AS.

Rizka yang juga pernah menjadi korban bullying ini menjelaskan lebih jauh tentang pengalamannya saat ia menjadi korban dan bagaimana dia menyelesaikannya.

“Aku tuh korban bullying pas SMP dan bullying yang aku rasain itu lewat ucapan yang orally dan itu kan lebih membekas,” ujar gadis asal Malang ini.

Ia juga mengaku Teman Bicara merupakan proyek sosial yang memfasilitasi individu dengan gangguan kesehatan jiwa untuk dapat berbagi dan mendapatkan motivasi. Kehadirannya pada ajang GES ini makin membulatkan tekadnya untuk membentuk social support campaign.

Selain itu, proyek ini juga mendapatkan sambutan hangat dari tim sukses Barack Obama yang saat itu menjadi mentornya pada salah satu sesi di GES. “Mereka itu appreciate banget sama kerja keras teman-temanku lewat Teman Bicara ini, bahkan ada yang bilang kalau aku adalah orang yang unik karena mau ngurusin ginian,” ujar Rizka dalam siaran pers.

Lebih lanjut, Rizka juga menjelaskan bahwa di Indonesia banyak individu yang membutuhkan dukungan dari lingkungan sosialnya untuk menyelesaikan permasalahan yang mengganggu kesehatan jiwa individu tersebut. Namun, ia mengaku bahwa di Indonesia stigma bahwa mereka yang pergi ke psikolog adalah orang yang gila dan harus ditempatkan di suatu kelompok berbeda.

“Karena mereka gak dapat tempat di lingkungan sosialnya, orang-orang itu milih memendam dan terus menjadi introvert tanpa tahu sebenarnya ada masalah apa pada dirinya,” katanya.

Gadis berhijab ini berpesan kepada siapa pun untuk tidak melakukan tindakan perudungan dan intimidasi pada orang-orang yang diduga memiliki gangguan kesehatan jiwa.

Baginya, gangguan jiwa yang terjadi pada diri individu seseorang mayoritas diciptakan oleh lingkungan yang tidak memberikan dukungan dan cenderung mengasingkan individu tersebut.

“Jadi, waktu jalan event ini waktu buat praktikum, aku nemuin ratusan manusia dengan berbagai masalah kesehatan jiwa yang kebanyakan karena lingkungan sosial yang gak aware dan support,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement