Jumat 11 May 2018 18:49 WIB

Pembangunan PLTN Dinilai tak Perlu Tergesa-gesa

Pembangunan PLTN di Gunung Muria belum bisa diterima publik.

Rep: Agung Fazza/ Red: Joko Sadewo
Mantan menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro
Foto: Widodo S. Jusuf/Antara
Mantan menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK - Wacana penggunaan nuklir dalam mengatasi kebutuhan listrik Indonesia masih terus diperbincangkan. Salah satu yang disorot adalah penerimaan publik terkait pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Rencana pembangunan harus mempertimbangkan banyak aspek, tidak hanya teknis, tetapi juga aspek lainnya seperti sosial dan ekonomi masyarakat.

"Hati-hati. Jangan lupa, penerimaan itu penting," ujar mantan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro dalam sebuah seminar energi bertajuk 'Implementasi Kebijakan Energi Nasional untuk Mendukung Ketahanan Nasional', yang digelar pekan lalu, di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Purnomo menjelaskan tentang studi kasus rencana pembangunan PLTN di Gunung Muria yang belum mendapat penerimaan publik sehingga belum dieksekusi. Gunung Muria sendiri termasuk kawasan rawan gempa. Berdasar pengalaman itu, diingatkannya rencana pembangunan PLTN di Lombok jangan tergesa-gesa.

Begitupun, posisi nuklir dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) sebagai opsi terakhir juga penting dipegang. Peran serta masyarakat menjadi kunci bagi penerimaan kebijakan energi ke depan. "Belajar dari pengalaman, dari sisi kebijakan, perlu sosialisasi kembali dengan masyarakat," ujarnya.

Sementara itu, pembangunan PLTN tidak akan dilakukan hingga tahun 2050 mengingat PLTN adalah pilihan terakhir dalam rencana umum energy nasional (RUEN). "PLTN memang pilihan terakhir, kita maksimumkan dulu potensi energi terbarukan yang kita miliki. Dan di seluruh Indonesia tidak ada sampai 2050," ujar Saleh Abdurrahman, Sekjen Dewan Energi Nasional.

Selain karena bukan prioritas, faktor ekonomi juga menjadi bahan pertimbangan untuk melaksanakan proyek PLTN ini.  "Biaya pembangkitan nuklir per kwh itu termasuk mahal. Apalagi ditambah biaya resiko kecelakaan," ujarnya.

Saleh menuturkan bahwa Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang banyak. Potensi matahari dan angin belum dimanfaatkan sebesar-besarnya. Secara pribadi, Saleh sangat mendukung penggunaan energi terbarukan dan mendorong daerah-daerah untuk mengembangkan energi terbarukan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement