Sabtu 12 May 2018 00:20 WIB

Jokowi: Menuju Perdamaian tak Mudah

Ulama menjadi kunci dalam menjaga momentum dan optimisme umat akan perdamaian.

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Teguh Firmansyah
Deklarasi Perdamaian Bogor. Wakil Presiden Jusuf Kalla (tengah) berjabat dengan Ketua Dewan Ideologi Islam Pakistan Qiblq Ayaz Pada Penutupan Pertemuan Ulama Trilateral Afghanistan- Indonesia - Pakstan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (11/5).
Foto: Republika/ Wihdan
Deklarasi Perdamaian Bogor. Wakil Presiden Jusuf Kalla (tengah) berjabat dengan Ketua Dewan Ideologi Islam Pakistan Qiblq Ayaz Pada Penutupan Pertemuan Ulama Trilateral Afghanistan- Indonesia - Pakstan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (11/5).

REPUBLIKA.CO.ID,   BOGOR -- Presiden Joko Widodo menyambut hangat pertemuan antarulama dari Indonesia, Afghanistan, dan Pakistan. Pertemuan Trilateral ini diharap mampu mendorong proses perdamaian di Afghanistan.

Jokowi mengatakan, sebelum pertemuan ini dia sudah bertemu dengan Presiden Afghanistan Husen Ashraf Ghani dan Presiden Pakistan Mamnoon Said dan Perdana Menteru Shahid Khaqan Abbasi.

 

Dalam pertemuan dengan Ashraf Ghani, keduanya mendorong permbangunan perdamaian di Afghanistan termasuk di bidang kerja sama ekonomi, kepolisian, anti narkoba dan pendidikan.

Kesungguhan Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia termasuk di sekitar kawasan Timur Tengah juga ditunjukan dengan kehadiran Wakil Presiden Jusuk Kalla pada acara Kabul Peace Process, Februari lalu.  Adapun Pakistan, Jokowi menyebut bahwa negara ini adalah salah satu negara penting dan berperan di kawasan tersebut. Jokowi pun menyambut baik Pakistan dalam komitmen dan upaya Indonesia membantu peace building di Afghanistan.

"Pertemuan trilateral ini merupakan bagian dari komitmen dan upaya Indonesia dalam mengedepankan para ulama untuk mendorong perdamaian yang inklusif di Afghanistan. Dan Indonesia berkomitmen memfasilitasi peran konstruktuf ulama," kata Jokowi dalam pembukaan trilateral di Istana Kepresidenan, Jumat (11/5).

Dalam pertemuan ini, Jokowi mengatakan untuk menuju sebuah perdamaian tidaklah mudah. Meski demikian, sebagai orang beriman  semua harus yakin bahwa pertolongan Allah SWT itu sangat dekat. Semua pihak tidak boleh berputus asa dan putus harapan dalam membangun sebuah kedamaian.

Ulama menjadi kunci dalam menjaga momentum dan optimisme umat akan perdamaian, karena ulama merupakan agen perdamaian. Kedekatan ulama dengan masyarakat membuat para ulama kerap didengar, diikuti, dan ditauladani umat. Ulama pun memiliki kharisma di mata umat sehingga mempunyai kekuatan dalam membentuk wajah umat yang damai.

Tidak dapat dipungkiri bahwa membangun perdamaian adalah tugas berat sekaligus tugas mulia bagi para ulama. Meski demikian, ia berharap para ulama yang hadir dalam pertemuan ini meniatkan dalam hati mendapat keridhoan Allah SWT.

 

Dengan pertemuan ini para ulama di ketiga negara harus mempu menabur benih-benih perdamaian dan menghindari kekerasan diantara hamba-hambanya. "Dengan niat yang ikhlas, pertemuan trilateral para ulama ini Insya Allah akan menjadi kontribusi konkrit bagi perdamaian di Afghanistan," ujar Jokowi.

Presiden Jokowi menerima Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di Istana Presiden pada April 2017. Pada kesempatan itu Jokowi berjanji akan mendorong perdamaian di Afghanistan. Sementara Ashraf mengatakan, negaranya yang hanya memiliki tujuh suku mengalami perpecahan lantaran ada dua suku yang bertikai.

 

Hal ini merembet ke suku-suku lain dan semakin membesar hingga kemudian tercipta 40 kelompok yang saling bertikai. Alasannya sederhana, lantaran persoalan yang terjadi tidak segera diselesaikan. Menurut Ashraf, moderasi Islam di Indonesia menjadi hal yang sangat penting lantaran beragamnya penduduk Indonesia.

 

Jokowi membalas kunjungan Ashraf dengan bertolak ke ibu kota Kabul pada Januari 2018. Kunjungan dilakukan di tengah memanasnya situasi di Kabul.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement