Selasa 08 May 2018 20:33 WIB

Empat Varietas Unggulan Ini Cocok Ditanam Saat Musim Panas

Yang harus diperhatikan petani dalam bercocok tanam yaitu soal kualitas bibit.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Agus Yulianto
Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono (kemeja putih) mengunjungi pabrik benih hortikultura PT East West Indonesia, di Desa Benteng, Kecamatan Campaka, Purwakarta (Ilustrasi)
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono (kemeja putih) mengunjungi pabrik benih hortikultura PT East West Indonesia, di Desa Benteng, Kecamatan Campaka, Purwakarta (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  PURWAKARTA -- PT East West Indonesia (Ewindo) melansir ada empat varietas bibit hortikuktura yang jadi unggulan saat musim kemarau (panas). Empat varieta ini, pare, semangka, melon serta mentimun. Varietas tersebut, sangat cocok ditanam di musim kemarau ini. Karena tak terlalu banyak membutuhkan air.

 

Sales and Marketing Director PT Ewindo, Afrizal Gindow, mengatakan, benih hortikultura yang tersebar di pasaran saat ini, masih tergantung dengan musim. Tidak semua benih cocok ditanam saat musim panas. Tetapi, ada juga benih yang sangat pas ditanam saat musim hujan.

 

"Saat ini, sudah memasuki musim panas, maka varietas yang sangat cocok untuk ditanam di musim ini salah satu empat jenis tadi," ujar Afrizal, kepada Republika.co.id, saat di acara expo benih nasional, Selasa (8/5).

 

Menurut Afrizal, hal utama yang harus diperhatikan petani dalam bercocok tanam yaitu soal kualitas bibit. Jangan sampai, pemilihan bibit tidak sesuai dengan kondisi cuaca. Misalkan, untuk bibit tomat, ada varietas yang cocok ditanam di dataran rendah dengan suhu hangat. Ada juga yang cocok ditanam di dataran tinggi dengan suhu dingin.

 

Jika salah memilih bibit, lanjutnya, maka petani akan merugi. Karena itu, yang paling utama dalam pemilihan bibit, dibaca dulu panduannya yang tertera dalam kemasan, supaya tidak salah pilih.

 

Selain itu, mengenai teknologi. Petani, saat ini, bisa mengakses informasi sebanyak-banyaknya mengenai teknologi bercocok tanam. Khusus di Ewindo, pihaknya sedang mengembangkan sejumlah teknologi.

 

Seperti, teknologi green house beserta automatisasi fertigasi. Teknologi ini, menerapkam teknik aplikasi unsur hara melalui sistem irigasi. Kemudian, aeroponik dan hidroponik. Lalu, teknologi yang paling baru, yakni drip irigasi (pengairan tetes).

 

"Dengan drip irigasi, petani tak memerlukan air banyak selama bercocok tanam. Bahkan, dengan teknologi ini kebutuhan airnya bisa dihemat sampai 10 persen dari kebutuhan normal," jelasnya.

 

Tekait dengan bibit hortikultura, Afrizal mengatakan, perusahaannya sudah memroduksi 58 varietas. Dari 58 varietas itu, 15 di antaranya merupakan varietas baru. Salah satunya, varietas jagung manis tongkol dua. Serta, tomat tahan virus.

 

Varietas baru ini, lanjutnya, dipublikasikan kepada petani se Indonesia serta petani muda yang usianya di bawah 35 tahun. Tentunya, melalui kegiatan expo nasional yang digelar selama sepekan kedepan. Di area kebun seluas 6.500 meter milik Ewindo.

 

Sementara Rusmanto (45 tahun), petani hortikultura asal Kabupaten Timika, Papua, mengatakan, expo varietas yang digelar Ewindo ini sangat bermanfaat untuk petani. Pasalnya, petani mendapat pengetahuan baik itu soal bibit unggul, teknologi maupun pengetahuan soal hama dan virus.

 

Saat ini, bibit hortikultura yang diproduksi Ewindo sudah ada di Papua. Akan tetapi, ada oleh-oleh dari Purwakarta ini yang akan pihaknya kembangkan. Yaitu, varietas labu madu. "Soalnya, di Papua belum ada labu madu. Makanya, akan kita kembangkan," ujar penyuplai sayuran untuk PT Freeport ini.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement