REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Komariah, ibunda dari Muhammad Rizki, anak yang meninggal usai mengantre sembako di Monas pada Sabtu (28/4) lalu, menginginkan pertanggungjawaban yang harus dilakukan oleh pihak panitia penyelenggara pembagian sembako. Dia mengatakan hal itu walaupun dirinya mengaku telah mencabut laporannya di Polda Metro Jaya, Sabtu (8/5).
“Iya. Perlu tanggung jawab aja udah. Istilah kata, dia kan menyebabkan anak kita.. (terdiam). Tapi ya terserah dia, lah,” ujar Komariah saat ditemui Republika.co.id di rumahnya di Pademangan Barat, Jakarta Utara, Selasa (8/5).
Dia lalu menjelaskan bentuk tanggung jawab yang diinginkan olehnya dan keluarganya. Namun dia kembali menegaskan, dirinya tak ingin memperpanjang permasalahan dan ingin masalah itu selesai.
“Saya juga nggak mau menyebabkan orang dipenjara juga. Istilah kata, kasih santunan saja kepada saya (dan keluarga),” ungkapnya.
Di rumah kontrakannya itu, sebelum ditinggal oleh anak bungsunya usai acara pembagian sembako di Monas, dia tinggal bersama tiga laki-lakinya. Sementara anak perempuan yang juga anak sulung, sudah tak lagi bersama dirinya.
Suaminya, dulunya bekerja sebagai seorang supir. Namun, dia menceritakan, karena sakit tumor lalu merembet ke kanker, suaminya pun juga telah pergi meninggalkan dia dan anak-anaknya.
“Saya tinggal berempat di sini, suami sudah meninggal. Eh sekarang Rizki juga tidak ada. Saya merasa kesepian, sendirian karena dua anak laki-laki saya bekerja,” tuturnya.
Dia lalu mengatakan, uang santunan sebanyak yang Rp 5 juta yang diberikan usai anaknya meninggal itu diberikan oleh Relawan Merah Putih. Menurutnya, itu bukan dari pihak panitia. "Tu kan dari Relawan Merah Putih, bukan dari Panitia. Tapi saya ngga ngarti, dah," ungkapnya.
Komariah pada akhirnya mencabut tuntutannya kepada pihak panitia penyelenggara acara pembagian sembako, yakni Forum Untukmu Indonesia pada Sabtu (5/5) lalu di Polda Metro Jaya. Dalam pencabutannya itu, dia didampingi oleh kuasa hukumnya yang baru, yakni Irfan Iskandar.