Selasa 08 May 2018 05:07 WIB

Konsumsi Rumah Tangga Stagnan, Pertumbuhan Menjanjikan

Ekonomi masih akan tumbuh seperti yang ditargetkan pemerintah.

Pedagang beras melayani pembeli di Pasar Santa, Jakarta, Senin (7/5). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada bulan April 2018 pada level 0,10 persen atau lebih rendah pada bulan sebelumnya yang berada pada level 0,20 persen karena dipengaruhi turunnya harga beras setelah panen raya.
Foto: Prayogi/Republika
Pedagang beras melayani pembeli di Pasar Santa, Jakarta, Senin (7/5). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada bulan April 2018 pada level 0,10 persen atau lebih rendah pada bulan sebelumnya yang berada pada level 0,20 persen karena dipengaruhi turunnya harga beras setelah panen raya.

REPUBLIKA.CO.ID  Oleh: Ahmad Fikri Noor, Melisa Riska Putri

JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2018 sebesar 5,06 persen (year on year/yoy atau tahun ke tahun). Realisasi itu lebih rendah dibandingkan kuartal IV tahun lalu yang tercatat 5,19 persen.

Kendati demikian, Kepala BPS Suhariyanto mengklaim, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2018 lebih menjanjikan. "Karena, lebih tinggi dibandingkan triwulan satu tahun sebelumnya (5,01 persen)," ujarnya dalam keterangan pers di kantor pusat BPS, Jakarta, kemarin.

Ke depan, Suhariyanto meyakini ekonomi bisa tumbuh lebih tinggi. Terdapat sejumlah faktor pendorong, antara lain, Hari Raya Idul Fitri 1439 Hijriyah/2018, Pemilihan Kepala Daerah Serentak, dan Asian Games. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen sepanjang 2018.

Poin menarik dari rilis BPS berkaitan dengan salah satu komponen utama dalam produk domestik bruto (PDB), yaitu konsumsi rumah tangga. Sepanjang kuartal I 2018, komponen tersebut hanya tumbuh 4,95 persen (yoy).

Angka itu memang lebih baik dibandingkan pertumbuhan kuartal I 2017 yang tercatat 4,94 persen. Namun, apabila dirunut ke kuartal-kuartal sebelumnya, stagnasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga tergambar jelas. Padahal, komponen itu menyumbang 56,8 persen dari total perekonomian negara.

Secara berturut-turut, pertumbuhan komponen itu adalah 4,95 persen (kuartal I 2016), 5,07 persen (kuartal II 2016), 5,01 persen (kuartal III 2016), 4,99 persen (kuartal IV 2016), 4,94 persen (kuartal I 2017), 4,95 persen (kuartal II 2017), 4,93 persen (kuartal III 2017), dan 4,97 persen (kuartal IV 2017).

"Kita harapkan konsumsi rumah tangga bisa terus semakin menguat. Seperti saya katakan ada momentum pada tahun ini yang bisa memperkuat konsumsi," ujar Suhariyanto.

Menurut dia, konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2018 terpengaruh oleh komponen makanan dan minuman yang sedikit tumbuh melambat. BPS mencatat komponen itu tumbuh positif 5,12 persen, tetapi melambat dari 5,24 persen pada kuartal I 2017.

Suhariyanto mengatakan konsumsi rumah tangga pada periode ini juga terpengaruh oleh komponen transportasi dan komunikasi yang hanya tumbuh 4,92 persen dibandingkan periode sama 2017 sebesar 5,3 persen. Kondisi tersebut yang menyebabkan konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,95 persen.

"Peranan makanan minuman dan transportasi besar sekali dari total konsumsi rumah tangga karena share-nya hampir 40 persen," ujar Suhariyanto.

Alasan lain konsumsi rumah tangga tidak tumbuh optimal adalah karena persentase pendapatan yang dikonsumsi pada kuartal I 2018 lebih rendah dari kuartal I 2017. "Uangnya ada yang ditabung dan diinvestasikan," kata Suhariyanto.

Ia meyakini tidak ada persoalan daya beli. Sebab, laju inflasi sejak awal tahun relatif rendah serta terdapat perubahan pola belanja dari ritel ke leisure.

Merespons pengumuman BPS, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati masih optimistis pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,4 persen sepanjang tahun ini. "Kita berharap untuk swing di kuartal kedua dan kuartal ketiga itu akan jauh lebih kuat," ujarnya saat ditemui di kantor Kemenkeu, Senin (7/5).

Terkait pertumbuhan konsumsi rumah tangga, Sri Mulyani meyakini besaran pertumbuhan bisa lebih baik pada kuartal-kuartal selanjutnya. Ini mengingat adanya momentum Hari Raya Idul Fitri, pembayaran tunjangan hari raya (THR) karyawan, dan gaji ketiga belas pegawai negeri sipil.

Menurut Sri Mulyani, pembayaran THR dan gaji ketiga belas yang berbarengan dengan perayaan hari besar biasanya akan memunculkan peningkatan konsumsi. Peningkatan konsumsi juga diharapkan bisa berlanjut pada kuartal III sejalan dengan gelaran Asian Games 2018.

Lebih lanjut, Sri Mulyani akan bekerja sama dengan BPS dalam menangkap fenomena pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Apalagi komponen itu masih mendominasi struktur ekonomi dengan porsi sebesar 56,8 persen. Konsumsi pun menjadi sangat sensitif terhadap kenaikan harga seperti pangan. Untuk itu, pemerintah terus mencoba menjaga stabilitas harga dengan inflasi yang masih rendah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement