Sabtu 05 May 2018 07:40 WIB

Angka Stunting di Lombok Barat Masih Tinggi

Kalau stunting dibiarkan, akan terjadi lost generation di Lombok Barat

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Esthi Maharani
Anak-anak yang mengalami stunting cenderung bertubuh kerdil
Foto: BBC
Anak-anak yang mengalami stunting cenderung bertubuh kerdil

REPUBLIKA.CO.ID,  MATARAM -- Angka stunting di Lombok Barat terbilang cukup tinggi. Data yang disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Lobar, Rachman Sahnan Putra, dari 65 ribu balita di Lombok Barat, sebanyak 32 persen mengalami stunting. Hal ini tentu menjadi persoalan yang serius.

"Kalau ini dibiarkan, akan terjadi lost generation di Lombok Barat," ujar Rahman dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Jumat (4/5).

Pemkab Lombok Barat, lanjutnya, berupaya melakukan berbagai terobosan agar angka stunting ini bisa diturunkan. Salah satunya adalah dengan melaksanakan kegiatan Rapat Kerja Kesehatan Daerah (Rakerkesda) mengusung tema stunting, TB dan Imunisasi di Senggigi selama dua hari, mulai 3 hingga 4 Mei.

Ia menyampaikan, Rakerkesda ini diadakan guna membahas rencana aksi apa saja yang akan dilakukan untuk melakukan percepatan penurunan stunting, TB dan pencapaian imunisasi.

"Sebenarnya dari pusat hanya 10 desa yang menjadi sasaran kegiatan ini. Tapi kami di Lombok Barat akan mengintervensi dan garap semua desa," lanjut Rahman.

Dia menambahkan, penanganan stunting dilakukan dengan intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Intervensi spesifik dilakukan dengan cara mengintervensi pada 1000 hari pertama kehidupan. Misalnya dengan memberikan penyuluhan tentang makanan bergizi selama kehamilan, pentingnya ASI, dan makanan tambahan untuk balita. Pengaruh intervensi spesifik ini adalah 30 persen dari penurunan angka stunting.

Sementara itu intervensi sensitif dilakukan dengan cara menggerakkan peran dari lintas sektoral. Misalnya, untuk sarana air bersih dan sanitasi, maka itu tugas dari Dinas PUPR. Untuk ketersediaan pangannya, maka tugas dari Dinas Ketahanan Pangan. Begitu pula dengan perilaku hidup sehat dan bersihnya, merupakan tugas Dinas Kesehatan untuk menanganinya.

"Ternyata pengaruh intervensi sensitif ini sangat kuat, yaitu 70 persen. Itu sebabnya kita perlu bersinergi dengan lintas sektoral menangani stunting ini," ucapnya.

Rahman menyebutkan, angka maksimal yang ditargetkan nasional untuk stunting pada 2019 ialah 28 persen. Sementara jumlah stunting di Lombok Barat saat ini masih berada di angka 32 persen.

"Ini artinya Lobar punya utang untuk menurunkan stunting sebesar empat persen dalam kurun waktu kurang dua tahun. Itulah sebabnya perlu dilakukan terobosan-terobosan aksi percepatan penurunan angka stunting," kata Rahman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement