Kamis 03 May 2018 23:49 WIB

Pembaca Republika Dukung Gerakan Sejuta Buku untuk Aceh

Gerakan yang dilcetuskan oleh FoKAL itu sudah terlaksana delapan tahap.

Pemimpin Redaksi Harian Republika, Irfan Junaidi (kanan) menyerahkan secara simbolis bantuan buku dari pembaca Republika kepada Ketua Yayasan FoKAl, Said Rulam (tengah), didampingi Kepala Redaksi Republika Penerbit, Syahruddin El-Fikri.
Foto: Dok Republika Penerbit
Pemimpin Redaksi Harian Republika, Irfan Junaidi (kanan) menyerahkan secara simbolis bantuan buku dari pembaca Republika kepada Ketua Yayasan FoKAl, Said Rulam (tengah), didampingi Kepala Redaksi Republika Penerbit, Syahruddin El-Fikri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan Sejuta Buku Untuk Aceh merupakan program bantuan buku untuk perpustakaan sekolah yang ada di seluruh aceh. Gerakan yang dicetuskan oleh yayasan Forum Komunikasi Alumni Lhokseumawe di Jakarta (Yayasan FoKAL) ini telah dilaksanakan sejak tahun 2005.

Pada awalnya gerakan ini ditujukan untuk sekolah-sekolah yang terkena dampak tsunami 2004. Hingga kini Gerakan Sejuta Buku telah berhasil diselnggarakan sebanyak delapan tahap dengan daerah distribusi buku mencakup empat kota dan tujuh  kabupaten di Aceh,” kata Ketua Yayasan FoKAL, Said Rulam kepada Republika.co.id, Kamis (3/5).

Ia menambahkan,  tahap kedelapan telah dilaksanakan pada bulan Januari 2017. Untuk tahapan selanjutnya, yaitu tahap ke sembilan, Yayasan FoKAL akan melaksanakan pembagian buku ke kawasan barat dan selatan Aceh. Yakni, Kabupaten Aceh Selatan, Kota Subulussalam dan Kabupaten Aceh Singkil.

 

“Sekolah-sekolah yang akan menerima bantuan ini meliputi SMKN 1 Tapaktuan, SMAN 1 Sama Dua, Madrasah Aliyah Swasta Labuhan Haji, Madrasah Aliyah Negeri Subulussalam, SMAN 1 Singkil dan SMAN Singkil Utara,” tuturnya.

Bantuan buku-buku ini akan disalurkan pada tanggal 6 sampai dengan 9 Mei 2018.  “Tim Panitia dari Yayasan FoKAL akan bergerak dari Jakarta menuju Aceh dengan membawa langsung bantuan buku ke perpustakann sekolah yang telah disurvei  sebelumnya,” ujarnya.

Ia menjelaskan, pada tahap kesembilan ini, seluruh bantuan buku yang telah disalurkan merupakan bantuan dari berbagai pihak di Jakarta. Ada yang bersumber dari perusahaan, lembaga, maupun perorangan.

“ Hingga saat ini jumah buku dari para donatur telah mencapai 1.200 buku di mana Penerbit Republika mengambil peranan penting dalam memberikan bantuan buku kepada Yayasan FoKAL,” ungkapnya.

Dari total buku yang akan disalurkan ke enam sekolah yang ada di kawsan barat dan selatan Aceh tersebut, ada sekitar 650 buku merupakan sumbangan dari Penerbit Republika.

“Sinergi ini terbangun dikarenakan Penerbit Repubilka melalui Koran Republika juga punya program pengadaan buku dari pembaca Koran Republika. Dengan program dan misi yang sama akhirnya mutualisme terbangun dan penyaluran buku yang dihimpun dari pembaca Republika dapat disalurkan dengan tepat sasaran,” paparnya.

Dalam proses pengumpulan buku, Gerakan Sejuta Buku untuk Aceh juga berusaha memudahkan proses donasi buku bagi penyumbang buku perorangan. Mereka  dapat langsung memasukkan buku-buku  yang akan mereka sumbangkan melalui book drop. Pola ini cukup berhasil dan telah dijalankan mulai  tahap ke delapan dan dilanjutkan di tahap sembilan.

Pada tahap kedelapan hanya ada satu book drop yaitu di Jambo Kupi Pasar Minggu, sebuah warung kopi dan rumah makan khas Aceh yang cukup ramai pengunjungnya. Sedangkan pada tahap kesembilan selain Jambo Kupi, The Atjeh Connection Resto & Cafe di Lt.2 Sarinah juga ikut mengambil peran untuk penggalangan buku.

Kini, gerakan Sejuta Buku telah berjalan dalam kurun waktu 14  tahun. “Yayasan FoKAL mengalami banyak suka dan duka dalam memperjuangkan  program gerakan ini agar tetap berjalan,” tuturnya.

Menurutnya, perjuangan ini belum usai dan akan terus berlanjut. Ini merupakan komitmen yayasan dalam menyikapi rendahnya minat baca dan buruknya literasi di Indonesia.  “Kita masih punya masalah besar yang berhubungan dengan perbukuan dan literasi di Indonesia.  Minat baca sangat rendah dan distribusi buku  juga tidak baik.  Menurut data statistik dari UNESCO, dari total 61 negara, Indonesia berada di peringkat 60 dengan minat baca dan tingkat literasi rendah,” ungkapnya.

Berangkat dari kondisi tersebut, Yayasan FoKAL akan terus mengambil peran. “Kami tidak boleh menunggu keadaan perbukuan akan membaik dengan sendirinya. Kami harus berbuat.  Walaupun buku-buku yang telah kami kirim tersebut tidak memadai dari sisi jumlah, apalagi luasnya cakupan area yang harus kami kunjungi, namun ini merupakan sebuah ikhtiar dan penyemangat bagi sekolah dan siswa yang kami kunjungi untuk terus meningkatkan minat baca, membenah fasilitas perpustakan dan membuat sarana perpustakaan menjadi tempat menyenangkan untuk dikunjungi oleh siswa,” ujar Said.

Akhirnya masalah perbukuan, minat baca dan literasi ini merupakan masalah besar yang harus menjadi perhatian kkita semua. “Seluruh elemen masyarakan harus bergerak agar kita tidak semakin tertinggal dalam urusan literasi;¬ membaca, menulis dan distribusi buku,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement