Jumat 04 May 2018 04:30 WIB

Gengsi PBSI dan Pertaruhan Piala Thomas

Memilih Firman Abdul Kholik sebagai tunggal ketiga dinilai penuh perjudian

Redaktur Republika, Bilal Ramadhan
Foto: Pribadi
Redaktur Republika, Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Bilal Ramadhan*

Teka teki siapa pemain tunggal putra keempat dalam susunan pemain tim Piala Thomas sudah terjawab. Pemain muda yang menjadi pahlawan Indonesia dalam merebut juara di Kejuaraan Tim Asia 2018, Firman Abdul Kholik dipilih sebagai pemain tunggal putra keempat dalam pengumuman pemain pada Selasa (1/5) lalu. Tentu saja pemilihan Firman ini membuat ketidakpuasan banyak pihak.

Menurunkan Firman sebagai tunggal keempat menjadi keputusan berani dari Kepala Bidang Pembinaan Prestasi (Kabin Binpres) Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI), Susy Susanti. Pasalnya Firman merupakan pemain muda yang prestasinya bisa dibilang stagnan. Untuk diturunkan sebagai tunggal ketiga yang menentukan kemenangan ketika pertandingan berjalan imbang, menjadi resiko tersendiri untuk tim Indonesia.

Alasan pemilihan Firman mungkin karena pengalaman di Kejuaraan Tim Asia 2018 di Alor Setar, Malaysia beberapa bulan lalu. Kita masih ingat, saat tim Indonesia melawan Korea Selatan di babak semifinal dan berjalan imbang, masing-masing tim telah mengantongi dua kemenangan. Firman diturunkan sebagai tunggal ketiga yang menentukan.

Pertandingan juga berjalan rubber game. Wakil Korea Selatan saat itu, Lee Dong Keun bahkan sudah menyentuh match point terlebih dulu dengan 14-20. Satu angka bisa diraih Lee lagi, maka tim Indonesia dipastikan kalah dan gagal melangkah ke babak final. Namun satu angka itu tak kunjung diraih. Perlahan-lahan, Firman meraih angka demi angka. Jarak angka semakin dekat, Lee terlihat tidak tenang. Benar saja, Firman meraih delapan angka beruntun dan membalikkan kemenangan menjadi milik Indonesia dengan 22-20. Akibat kemenangan ini, Indonesia ke final dan menjadi juara dengan mengalahkan Cina dengan 3-1.

Sepulangnya ke Indonesia, nama Firman dielu-elukan. Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi juga memberikan pujian khusus kepada pemain ini. Tapi sekali lagi, dalam karirnya di turnamen senior, Firman belum menunjukkan permainan yang konsisten. Setelah tiga tahun lepas dari karir juniornya, Firman seolah tenggelam dibanding ketiga rekannya seperti Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting dan Ihsan Maulana Mustofa.

Diturunkan di turnamen kelas International Challenge pun, Firman tak mampu berbicara banyak. Bahkan di turnamen New Zealand Open 2018 pekan ini, Firman sudah harus ‘angkat koper’ lebih dulu di babak pertama. Padahal kejuaraan Piala Thomas dan Uber 2018 akan berjalan dua pekan lagi yaitu 20-27 Mei 2018 mendatang.

Salah satu legenda bulu tangkis Indonesia, Taufik Hidayat sempat menyindir pelatih tunggal putra PBSI, Hendry Saputra,  yang menginginkan seluruh anggota tim, termasuk empat pemain tunggal putra, berasal dari Pelatnas. Taufik meminta agar PBSI tidak gengsi untuk mengambil satu pemain dari luar Pelatnas yang sarat pengalaman dan mental bermain untuk dimasukkan dalam susunan tim. Toh juga sama-sama untuk membela Indonesia.

Dalam hal ini ada dua nama pemain senior yaitu Tommy Sugiarto dan Soni Dwi Kuncoro menjadi nominasi. Tommy memiliki peringkat lebih baik dengan berperingkat 31 dunia saat ini. Peringkat ini bahkan jauh lebih baik dari Ihsan yang saat ini di peringkat 48 dan Firman yang menempati peringkat 86 dunia.

Peringkat pemain tunggal paling tinggi diraih Anthony dengan 11 dunia dan akan menjadi pemain tunggal pertama dan diikuti Jonatan Christie di 14 dunia. Untuk dua pemain tunggal ini rasanya akan terus diturunkan untuk mencuri angka.

Barangkali dengan masuknya Tommy sebagai tunggal ketiga, bisa menjadi ‘senjata rahasia’ tim Indonesia untuk melawan tunggal ketiga negara lain. Karena tunggal ketiga negara lain bukan pemain sembarangan, sebut saja peraih dua medali emas Olimpiade; Lin Dan (Cina), juara Indonesia Open SSP 2014; Jan O Jorgensen (Denmark) dan runner up Indonesia Masters 2018 lalu; Kazumasa Sakai (Jepang).

Dan tentunya kita masih ingat peristiwa babak final Piala Thomas dua tahun lalu. Saat itu tim Thomas Indonesia melawan Denmark dan harus mempertandingkan partai kelima yaitu tunggal ketiga. Wakil Indonesia saat itu, Ihsan Maulana Mustofa dikalahkan dengan mudah oleh wakil Denmark, Hans Kristian Vittinghus. Harapan membawa pulang Piala Thomas pun pupus.

Maka itu, posisi pemain tunggal ketiga bagi Indonesia sangat penting. Indonesia mungkin akan meraih angka kemenangan di sektor ganda putra yang menurunkan tiga pasang yaitu peringkat 1 dunia; Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, juara dunia dua kali; Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan pasangan muda Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.

Di babak penyisihan grup, tim Thomas Indonesia sepertinya tidak akan melalui kesulitan saat melawan Kanada dan Thailand. Tapi lagi-lagi melawan Korea Selatan akan menjadi partai ulangan di semifinal Kejuaraan Tim Asia 2018 lalu.

Kemungkinan Korea Selatan akan menurunkan Kwang Hee Heo sebagai tunggal putra ketiga. Indonesia sebaiknya menurunkan Ihsan sebagai tunggal ketiga. Karena Kwang Hee Heo adalah pemain yang baru saja mengalahkan Firman di babak pertama New Zealand Open 2018, Rabu (2/5) lalu. Menurunkan Firman, sama saja dengan menyerahkan leher ke tiang pancungan.

Meski begitu, susunan pemain telah diumumkan dan telah diserahkan ke Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) dan tidak bisa diganti-ganti lagi. Kini yang kita harus lakukan, terus berdoa dan optimistis kepada para pemain agar bisa membawa pulang Piala Thomas kembali ke Indonesia.

Indonesia pernah merajai Piala Thomas pada masanya dengan meraih 13 kali juara, terbanyak di antara negara-negara lain sejauh ini. 16 tahun lalu, terakhir Indonesia bisa membawa pulang Piala Thomas. Jangan sampai prestasi ini hanya menjadi dongeng di kemudian hari.

*) Penulis adalah redaktur Republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement