REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius mengajak mahasiswa membentengi diri mereka dari pengaruh radikalisme dan terorisme. Kedua hal itu banyak menyebar melalui media sosial.
"Penyebaran paham radikal dan teroris ini banyak terjadi di dunia maya sehingga kita harus lebih mawas diri terhadap hal itu," kata dia saat memberikan paparan kepada mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) di Padang, Kamis (3/5).
Ia mengatakan jika mahasiswa tidak memiliki daya tahan maka paham itu akan berbahaya dan bisa berujung pada tindakan teroris. Dalam mencegah paham radikal dan teroris pihaknya membentuk "Duta Damai Dunia Maya" yang program pencegahan lunak (soft approach) yang dilakukan BNPT dalam penanggulangan terorisme.
Saat ini, dia mengatakan, target teroris adalah melakukan perekrutan kalangan terdidik antara usia 19-25 tahun. Teroris memanfaatkan generasi tersebut karena memiliki emosi meledak-ledak.
Selain itu, dia mengatakan, tingginya jumlah lulusan perguruan tinggi yang menganggur karena tidak adanya lapangan pekerjaan membuat mereka dengan mudah disusupi oleh paham radikal. "Ini yang perlu menjadi perhatian bersama agar paham ini dapat diantisipasi," kata dia.
Ia mengatakan saat ini BNPT juga menggandeng Kemenristekdikti dan Kemendikbud untuk memperketat proses penjaringan tenaga pengajar baik itu dosen maupun guru.
Sementara, Rektor Universitas Negeri Padang (UNP) Prof Ganefri terus berupaya menjaga kampusnya agar tidak disusupi oleh paham tersebut. Salah satu caranya adalah dengan mendatangkan Kepala BNPT memberikan arahan langsung kepada mahasiswa terkait persoalan ini.
"Kita juga memperbanyak orasi tentang kebangsaan agar mahasiswa dapat terbentengi dari paham radikal dan terorisme ini," kata dia.