REPUBLIKA.CO.ID,SAMARINDA -- Tingginya angka pengangguran di Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi perhatian serius calon gubernur dan wakil gubernur Rusmadi Wongso dan Safaruddin. Pasangan ini bertekad untuk mengatasi angka pengangguran di provinsi berjuluk Benua Etam yang menurut data BPS pada 2017 mencapai 6,91 persen.
Duet Rusmadi-Safaruddin melalui Dasacita atau 10 program kerja yang ditawarkannya optimistis bisa menyerap lapangan kerja lebih 100 ribu. Dasacita yang diprediksi menyerap tenaga kerja adalah sektor yang menjadi sumbu ekonomi Kaltim di luar Migas. Misalnya Kaltim Membangun Desa, Kaltim Swasembada, Kaltim Kreatif dan Kaltim Mulus.
Menurut Rusmadi, meningkatnya jumlah pengangguran terjadi akibat tidak seimbangnya antara lapangan kerja dengan jumlah tenaga kerja. Belum lagi, kata dia, sebagian besar tenaga kerja bertumpu pada industri pertambangan yang beberapa tahun ini mengalami pertumbuhan minus. "Di samping itu, kurangnya keterampilan dari para tenaga kerja tersebut," ujar Rusmadi seperti dalam siaran persnya kepada Republika.co.id, Rabu (2/5).
Mantan sekda Pemprov Kaltim itu mengatakan, untuk menekan angka pengangguran di Kaltim, pihaknya bertekad menciptakan Sumber Daya Manusia yang berdaya saing tinggi, kreatif, serta menumbuhkembangkan usaha kecil menengah yang mampu menciptakan pengusaha-pengusaha baru.
Rusmadi menjanjikan akan menurunkan angka pengangguran di bawah hingga 5 persen. Pihaknya, kata dia, jika diberi kepercayaan memimpin Kaltim akan menciptakan lapangan pekerjaan untuk 100 ribu calon pekerja. "Saya Insya Allah, lima tahun ke depan angka pengangguran di bawah lima persen. Atau kalau kondisi kita ini bisa 4 persen lah," kata Rusmadi.
Menurut dia, pemicu angka pengangguran di Kaltim bermuara dari masyarakat miskin yang ada di pedesaan."Konsennya di masyarakat desa," kata calon gubernur yang diusung PDIP dan Hanura itu.
Rusmadi menjelaskan, pembukaan lapangan kerja akan dilakukan berdasarkan potensi daerah Provinsi Kaltim yang begitu besar. Dari sektor perkebunan saja, ucapnya, ia sudah memprogramkan perluasan sawit 50 ribu hektare. “Ini saja bisa menyerap 50 ribu pekerja,” ungkapnya.
Belum lagi, kata dia, izin lahan sawit yang sudah dikeluarkan pemerintah seluas 3,3 juta hektare. Saat ini yang sudah ditanam baru 1,1 juta hektare. Sehingga, masih ada 2,2 juta hektare lagi yang belum ditanam. “Ini bakal menyerap 1 juta tenaga kerja. Perkiraan saya setiap 2,2 hektare bisa digarap 1 orang,” ujar Rusmadi.
Bila diberi amanah, Rusmadi akan mengajak bupati di Kaltim bersikap tegas agar 2,2 juta hektare lahan yang belum ditanam, izinnya dicabut dan diberikan kepada perusahaan lain yang mau berinvestasi kebun sawit.
“Izin lahan sawit ini ada di bupati, dan saya ketika menjabat sebagai gubernur akan turun langsung mengevaluasi kebun sawit yang tak ditanam. Sesuai UU No 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan, izin sawit bisa dicabut jika 3 tahun belum ada penanaman sebesar 30 persen total luas lahan,” tegas Rusmadi.
Senada dengan hal tersebut, cawagub Kaltim Safaruddin mengungkapkan, cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja adalah pelatihan untuk pengembangan profesionalisme tenaga kerja, sistem magang di tempat kerja, dan meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat setempat melalui pendidikan nonformal, kursus, ataupun lain-lain.
“Sektor informal biasanya banyak ditemukan di negara-negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang sehingga dengan mengembangkan sektor informal akan membantu mengatasi masalah pengangguran,” ungkap mantan kapolda Kaltim itu.