Rabu 02 May 2018 17:11 WIB

Blak-blakan TGB Soal Capres di Hadapan Alumni Al-Azhar

TGB terpaksa bicara soal pilpres karena sering ditanya.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Muhammad Hafil
Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar Cabang Indonesia (OIAA) Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi, Anregurutta Farid Wajdi, Pakar Pendidikan Islam Syairozi Dimyathi, dan Wartawan Senior Republika Ihwanul Kiram dalam halaqah kebangsaan di Hotel Alila, Solo, Jawa Tengah, Selasa (1/5).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar Cabang Indonesia (OIAA) Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi, Anregurutta Farid Wajdi, Pakar Pendidikan Islam Syairozi Dimyathi, dan Wartawan Senior Republika Ihwanul Kiram dalam halaqah kebangsaan di Hotel Alila, Solo, Jawa Tengah, Selasa (1/5).

REPUBLIKA.CO.ID,  SOLO -- Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) menjadi salah satu nama mencuat terkait pilpres 2019. Namun, di hadapan alumni al-Azhar, Mesir, TGB blak-blakan mengenai hal itu.

 

Nama TGB mulai melejit ke permukaan kontestasi pilpres setelah pertemuan sejumlah alumni al-Azhar di Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Januari lalu, yang dihadiri juga oleh Ustaz Abdul Somad. Pada kesempatan itu, sejumlah alumni al-Azhar mendorong TGB ikut maju dalam kontestasi pilpres 2019.

Pria yang menyelesaikan studi S-1 hingga S-3 di Universitas al-Azhar, Mesir, itu  didapuk sebagai Ketua Organisasi Internasional Alumni al-Azhar Cabang Indonesia (OIAA) pada Oktober tahun lalu menggantikan Prof Quraish Shihab.

Saat pertemuan ratusan alumni al-Azhar Indonesia di Solo, Jawa Tengah, Selasa (1/5) sore, isu ini kembali mencuat. Sejumlah dukungan dan pertanyaan tentang kiprah TGB di pentas nasional nanti bermunculan. Ratusan alumni al-Azhar Indonesia menggelar halaqah kebangsaan pada sore, sebelum bersilaturahim dengan Grand Sheikh pada malam harinya.

TGB mengaku terpaksa bicara soal ini karena ada pertanyaan dan juga untuk meluruskan kondisi yang sebenarnya. TGB tidak ingin pertemuan alumni al-Azhar dengan Grand Sheikh dimaknai sebagai bagian dari agenda politik praktis.

"Karena tadi ada yang bertanya maka saya ingin meluruskan, tidak ada kaitan pertemuan sore ini dengan agenda politik praktis, tidak ada deklarasi, dan dukungan kepada siapa pun dalam bentuk apa pun di sini, apalagi ini kesempatan bersilaturahmi dengan orang tua kita (Grand Sheikh). Kita kumpul di sini silaturahmi dan mengokohkan wasathiyah," katanya menegaskan.

TGB menjelaskan, saat pertemuan sejumlah alumni al-Azhar di Pondok Cabe, ada aspirasi yang diberikan kepada dia untuk maju dalam kontestasi pilpres 2019. TGB tidak mengganggap aspirasi itu sebagai suatu kemewahan atau kebanggan pribadi karena begitu besarnya fitnahnya.

TGB memaknai aspirasi ini sebagai bukti bahwa alumni al-Azhar mampu memberikan kontribusinya bagi bangsa dalam bidang apa pun, tak terkecuali ranah politik yang kerap mendapat stigma sebagai sesuatu yang menakutkan dan kotor.

Ia menilai, semua profesi memiliki potensi positif dan negatif, mulai dari bidang politik, ekonomi, dan lain sebagainya. TGB mengajak alumni al-Azhar meletakkan politik sebagai salah satu ranah perkhidmatan sebagaimana profesi yang lain.

"(Politik) jangan diistimewakan, tetapi juga jangan dinafikan atau disisihkan karena politik itu punya pengaruh yang besar karena ada perumusan kebijakan. Ketika kebijakan yang baik, tentu akan menghadirkan kemaslahatan, dia (politik) adalah wadah pengabdian, bisa baik dan buruk, bagaimana kita mengisinya," ucapnya.

Sehingga, TGB menganggap aspirasi yang dialamatkan kepadanya sesuatu yang biasa-biasa saja.

"Saya pikir (aspirasi) ini bukan sesuatu aib, ketika misalnya beraspirasi ada kader-kader dari alumni al-Azhar yang ingin dimunculkan dalam kontestasi kepemimpinan nasional, saya pikir itu biasa saja, jangan kita anggap itu sesuatu yang akan merusak wasathiyah kita, tidak," kata TGB.

Ia menyebutkan, di tengah suasana perbedaan sekarang ini, sebagian alumni al-Azhar memiliki aspirasi mencoba menghadirkan pendekatan ketika terjadi polarisasi di tengah umat atau bangsa dengan inspirasi wasathiyah. Menurut dia, hal ini menjadi kesempatan bagi alumni al-Azhar untuk ikut berkontribusi mendinginkan kondisi perpolitikan bangsa.

"Konteks dan harapan yang baik, masalah siapa yang ada di depan, itulah wajah kita. Kalau dia kurang wajahnya ya perbaikilah, kalau ada yang perlu diluruskan, luruskanlah dia. Paling tidak, kalau kita tidak bersama dalam aspirasi itu, doakan dalam doa yang umum, kalau ini baik, mudah-mudahan Allah memudahkan, kalau ini tidak baik, mudah-mudahan Allah jauhkan," kata TGB menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement