REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kunjungan wisatawan Australia menikmati liburan ke Bali sebanyak 157.604 orang selama dua bulan periode Januari-Februari 2018. Jumlah itu merosot 123.969 orang (13,30 persen) dibanding periode sama tahun sebelumnya mencapai 181.573 orang.
"Meskipun masyarakat negeri kanguru itu berwisata ke Pulau Dewata menurun, namun tetap menempati peringkat kedua terbanyak memasok turis ke Bali setelah Cina," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho, di Denpasar, Rabu (2/5).
Adi mengatakan, wisatawan Australia dalam menikmati panorama alam serta keunikan seni budaya sebagian besar lewat Bandara Ngurah Rai, Bali dengan menumpang pesawat yawang terbang langsung dari negaranya. Hanya 3.560 orang melalui pelabuhan laut dengan menumpang kapal pesiar.
Australia menempati peringkat kedua terbanyak mendatangkan wisman ke Bali mampu memberikan kontribusi sebesar 19,57 persen dari total wisman ke Bali sebanyak 805.538 orang selama dua bulan pertama 2018. Jumlah total wisman menurun 109.271 orang (11,94 persen) dibanding periode sama tahun sebelumnya tercatat 914.809 orang.
Adi Nugroho menambahkan, Cina yang berada pada peringkat pertama terbanyak mendatangkan wisman ke Bali memberikan kontribusi sebesar 23,67 persen dari total pelancong ke Bali dan peringkat ketiga India memberikan andil 6,69 persen. Jepang menempati peringkat keempat memberikan kontribusi 4,45 persen, menyusul Inggris 3,79 persen, Amerika Serikat 3,69 persen, Malaysia 3,34 persen, Rusia 2,95 persen, Korea Selatan 2,23 persen, Taiwan 2,08 persen, dan berbagai negara lainnya di belahan dunia 27,34 persen.
Adi menjelaskan dari sepuluh negara terbanyak memasok wisman ke Bali terdiri atas lima negara mengalami peningkatan yang signifikan dan lima negara lainnya mengalami penurunan. Lima negara yang masyarakatnya semakin bergairah ke Bali meliputi India meningkat 59,08 persen, Jepang 4,69 persen, Inggris 7,47 persen, Amerika Serikat 1,89 persen, dan Malaysia 11,06 persen.
"Lima negara yang masyarakatnya berkurang ke Bali, selain Australia juga Cina 35,56 persen, Rusia 3,30 persen, Korea Selatan 38,16 persen, dan Taiwan 29,75 persen,"
ujar Adi .