REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise mengatakan, Indonesia perlu belajar dari Iran dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
"Saya cukup kagum karena menurut penjelasan mereka perempuan di sana sudah cukup maju. Kita di sini banyak-banyak kekerasan terhadap perempuan," kata Yohana seusai bertemu Wakil Presiden Iran Urusan Perempuan dan Keluarga Masoemeh Ebtekar di Jakarta, Selasa (5/2) malam.
Yohana mengaku sangat tertarik tentang isu ketahanan sosial dan keluarga yang dikatakan cukup tinggi di Iran. Mereka memiliki pusat-pusat pelayanan yang melayani masyarakat terkait dengan isu yang berhubungan dengan keluarga.
Pusat-pusat pelayanan itu juga termasuk melayani ketahanan keluarga hingga ke desa-desa untuk pembangunan ekonomi perempuan."Perkawinan anak di Iran juga sudah menurun drastis. Saya ingin belajar dari mereka bagaimana menurunkan angka perkawinan anak karena itu akan sangat membantu indeks pembangunan manusia dan indeks pembangunan gender," tuturnya.
Yohana mengatakan Pemerintah Iran sebelumnya sudah mengirimkan naskah nota kesepahaman untuk menjalin hubungan kerja sama dengan Indonesia. Namun, naskah tersebut belum ditanggapi karena perlu berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri.
"Kami akan pelajari dan koordinasi untuk melihat hal-hal yang lebih spesifik apa saja," jelasnya.
Sementara itu, Wakil Presiden Masoemeh Ebtekar menyatakan kekagumannya terhadap upaya Indonesia untuk mewujudkan keterwakilan perempuan di parlemen dengan menetapkan kuota 30 persen bagi calon anggota legislatif dari masing-masing partai."Kuota 30 persen itu penting untuk memastikan kepentingan perempuan," ujarnya.