REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan Surabaya mengupayakan stabilitas harga daging bagi warga Kota Surabaya selama Ramadhan mendatang. Salah satunya dengan menyediakan stok yang dipastikan dijual dengan harga murah.
"Kami siapkan stok sebanyak sembilan ton daging bagi warga Kota Surabaya selama bulan suci Ramadhan nanti. Ini seluruhnya adalah daging sapi," ujar Direktur Utama PD RPH Surabaya Teguh Prihandoko dalam jumpa pers di Surabaya, Senin (30/4) malam.
Dia mengatakan stok sembilan ton daging itu di luar 150 ekor sapi yang setiap harinya dipotong di RPH Surabaya. "Jadi setiap hari kami di RPH Surabaya memotong sedikitnya 150 ekor sapi. Stok yang kami siapkan sebanyak sembilan ton ini adalah tambahan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Surabaya selama bulan Ramadhan," katanya.
Teguh mengaku tidak tahu secara persis berapa kebutuhan daging bagi seluruh masyarakat Kota Surabaya setiap bulan. Dia mengacu pada data Badan Pusat Statistik yang menyatakan kebutuhan daging masyarakat Kota Surabaya tercatat 0,15 kilogram per kapita, yang diperkirakan seluruhnya mencapai 450 ton per bulan.
Dia menjelaskan tugas PD RPH Surabaya tak hanya membantu Pemerintah Kota Surabaya dalam mendistribusikan kebutuhan daging serta menjualnya kepada masyarakat. PD RPH Surabaya juga turut menjaga stabilitas harga.
Teguh memastikan stok sembilan ton daging yang memang disiapkan untuk memenuhi kebutuhan selama Ramadhan tersebut akan dijual semurah mungkin di bawah harga pasar. "Saat ini masih belum kami tentukan harganya. Nanti akan kami umumkan menyusul harganya. Saat ini harga daging berada di kisaran Rp 120 ribu per kilogram. Kami usahakan kalau bisa dijual di bawah Rp100 ribu per kilogramnya," ucapnya.
Distribusinya, lanjut dia, akan dititipkan ke pasar-pasar murah di berbagai wilayah Kota Surabaya, yang biasanya rutin digelar oleh pemerintah kota setempat selama Ramadhan. "Masyarakat masih mengidolakan daging segar dingin. Maka nanti akan kami jual dalam bentuk daging segar dingin. Daging beku yang impor memang harganya lebih murah, berkisar Rp80 ribu, tapi masyarakat kita jarang yang minat," katanya.