Senin 30 Apr 2018 06:09 WIB

Wajah Baru Perbankan Syariah

Kinerja menggembirakan juga terjadi di banyak unit usaha syariah (UUS).

Adiwarman Karim
Foto: Republika/Da'an Yahya
Adiwarman Karim

REPUBLIKA.CO.ID  Oleh: Adiwarman A Karim

Sungguh penuh barakah bulan Sya’ban. Wajah perbankan syariah akan segera berubah dengan banyaknya bank syariah yang melakukan penawaran saham kepada publik. Beberapa bank syariah lain mendapatkan tambahan saham dari induknya, beberapa lainnya mendapatkan investor strategis.

Pertama, Bank BRI Syariah melakukan penawaran saham perdana (IPO) yang akan mengangkat statusnya menjadi bank BUKU III. Kedua, Bank BTPN Syariah juga melakukan IPO yang akan memantapkan posisinya sebagai bank mikro dengan profitabilitas tertinggi dari semua bank yang ada di Indonesia. Ketiga, Bank Panin Dubai Syariah diperkirakan akan melakukan penawaran saham kedua kalinya ke publik yang akan memperbaiki kinerjanya.

Keempat, Bank BJBS diperkirakan akan mendapatkan tambahan modal dari induknya sehingga mengembalikan kemampuannya melakukan ekspansi bisnis. Kelima, Bank BNI Syariah diperkirakan juga akan mendapatkan tambahan modal untuk mendukung pertumbuhan asetnya yang melewati Rp 30 triliun. Keenam, Bank Muamalat diperkirakan sebelum Oktober tahun ini telah mendapatkan investor strategis. Ketujuh, Maybank Syariah Indonesia telah mendapatkan tambahan modal dan selesai melakukan perbaikan laporan keuangannya.

Kinerja menggembirakan juga terjadi di banyak unit usaha syariah (UUS). Empat UUS telah memiliki aset melewati Rp 20 triliun, yaitu Bank CIMB Niaga, Bank Maybank, Bank Permata, dan Bank BTN. Keempat UUS itu juga memiliki kinerja yang baik, profitabilitas tinggi, dengan tingkat pembiayaan bermasalah kecil. UUS Bank NTB malah akan sebesar induknya karena seluruh Bank NTB akan selesai dikonversi menjadi syariah tahun ini.

UUS yang dimiliki BPD juga mengalami kemajuan signifikan dilihat dari kinerja keuangan pada posisi Desember 2017. Dua UUS milik BPD telah melampaui aset Rp 4 triliun, yaitu Bank Jateng dan Bank DKI. Secara total, aset seluruh UUS milik BPD mencapai 29 triliun dengan rata-rata tingkat keuntungan (ROA) 2,72 persen dan rata-rata tingkat pembiayaan bermasalah neto (NPF) hanya 1,74 persen. Bila dijumlahkan, aset seluruh UUS milik BPD dengan aset Bank Aceh dan aset Bank NTB hasil konversi akan mendekati Rp 60 triliun.

Bank Aceh merupakan contoh sukses proses konversi bank umum konvensional menjadi bank umum syariah. Dengan NIM 7,61 persen, ROA 2,51 persen dan BOPO 78 persen Bank Aceh memiliki potensi besar untuk mencapai skala aset yang lebih besar. Lazimnya BPD, masa depan Bank Aceh mempunyai dua skenario. Pertama, mempertahankan status regional champion di Aceh dengan skala bisnis pada kisaran Rp 20 triliunan dan rasio keuangan dengan profitabilitas tinggi. Kedua, melakukan ekspansi keluar Aceh menjadi pemain nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement