Senin 30 Apr 2018 05:27 WIB

Arab Saudi yang Diinginkan Sang Putra Mahkota

Pemutaran film asing untuk umum ini sebagai peristiwa sangat bersejarah di Saudi.

Ikhwanul Kiram Mashuri
Foto: Republika/Daan
Ikhwanul Kiram Mashuri

REPUBLIKA.CO.ID  Oleh: Ikhwanul Kiram Mashuri

Sejak Kerajaan Arab Saudi meluncurkan Visi 2030 dua tahun lalu, banyak perubahan besar terjadi. Terakhir adalah pagelaran pertandingan gulat gaya bebas dunia (Smack Down) di Stadion King Abdullah Sport City di Jeddah pada Jumat (27/04) malam lalu. Ribuan anak muda rela antre sejak sore untuk membeli tiket dan menyaksikan para pegulat top dunia. Mereka juga ingin merasakan langsung atmosfer pertandingan.

Gulat Smack Down selama ini sangat terkenal dan disukai masyarakat Arab. Namun, di Saudi, masyarakat setempat hanya bisa menonton lewat layar televisi. Pergelaran semacam itu selama ini tidak diizinkan di Saudi.

Beberapa hari sebelumnya, 18 April, Arab Saudi juga telah meluncurkan bioskop komersial pertama. Pemutaran perdana film superhero Black Panther produksi Hollywood ini juga sekaligus mengakhiri pelarangan bioskop untuk umum selama 35 tahun.

Media Saudi al-Sharq al-Awsat menyebut, pemutaran perdana film asing untuk umum ini sebagai peristiwa sangat bersejarah. Menteri Kebudayaan dan Informasi Arab Saudi Awwad al-Awwad menyatakan, peristiwa tersebut telah lama ditunggu warga Saudi.

Pernyataan Menteri Awwad itu disampaikan saat memberi pidato upacara pembukaan di gedung simfoni yang diubah menjadi bioskop di ibu kota Saudi, Riyadh. Upacara itu berlangsung sangat meriah dengan dihadiri 400 tamu undangan. Mereka antara lain para pejabat pemerintah, diplomat, pengamat, para industri film internasional dan Arab.

Para tamu undangan juga dihibur dengan musik jazz dari grup musik asal AS. Sementara itu puluhan gadis Saudi menjadi ‘among tamu’ untuk menerima dan melayani para tamu dan menunjukkan tempat penjualan tiket untuk pemutaran film berikutnya. Mereka tidak mengenakan cadar (penutup wajah) seperti yang selama ini dikenakan para perempuan Saudi.

Proyek pemutaran film layar lebar di Saudi ini ternyata sangat serius. Lihatlah, mereka melibatkan jaringan bioskop terbesar dunia, AMC. Pihak AMC akan menangani seluruh operasionalnya. Dari suplai materi film, penjualan tiket--di loket maupun lewat daring--hingga pembangunan, renovasi, dan pengoperasian gedung-gedung bioskop.

Menurut Menteri Awwad, peluncuran bioskop, termasuk pemutaran film-film asing, di Saudi sekarang ini terealisasi berkat pengarahan Putra Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman. "Apa yang kita lihat sekarang ini adalah realisasi salah satu dari tempat-tempat hiburan yang akan terus dikembangkan oleh Saudi," katanya.

Ya, di tangan Sang Putra Mahkota 32 tahun ini, Saudi memang terus menggeliat. Dua tahun lalu kita tidak pernah bisa membayangkan di negara yang rajanya bergelar Khodimu al-Haramain ini akan bisa digelar untuk umum pertandingan Smack Down, konser musik, dan pertunjukan hiburan lainnya. Pertandingan sepak bola saja hanya laki-laki yang bisa menonton langsung di stadion.

Namun, larangan bagi kaum perempuan untuk pergi ke stadion kini sudah dicabut. Mereka kini sudah dibolehkan bersorak--bersama kaum laki-laki--untuk mendukung tim kesayangannya. Bukan hanya itu, kaum perempuan Saudi kini juga tidak diwajibkan mengenakan cadar (penutup wajah), mereka pun diizinkan menyetir mobil dan menonton berbagai pertunjukan hiburan. Kini, Pemerintah Saudi juga sedang mengembangkan tempat-tempat hiburan lain, termasuk wisata pantai.

Sang arsitek dari semua perubahan itu adalah Pangeran Muhammad bin Salman. Ia didukung penuh oleh sang bapak, Raja Salman bin Abdulaziz. Bahkan perubahan itu sudah ia mulai ketika masih menjadi wakil Putra Mahkota Saudi, saat meluncurkan Visi Saudi 2030 pada 25 April 2016. Waktu itu, sang putra mahkota adalah Muhammad bin Nayef. Ketika yang terakhir ini mengundurkan diri, Raja Salman pun mengangkat putranya, Muhammad bin Salman, menjadi putra mahkota pada 21 Juni 2017.

Sejak itu, pangeran kelahiran 31 Agustus 1985 ini pun semakin leluasa menjalankan Visi Saudi 2030, yang ia luncurkan setahun sebelumnya. Visi 2030 jelas menggambarkan tentang Arab Saudi yang dia inginkan. Yaitu, reformasi secara menyeluruh mengenai kehidupan warga Saudi. Terutama yang menyangkut ekonomi.

Sang Putra Mahkota menginginkan negaranya bisa mengurangi kebergantungan pada sektor minyak. Selama ini, hampir 80 persen pendapatan negara diperoleh dari emas hitam itu. Akibatnya, ketika harga minyak dunia turun drastis, seperti terjadi beberapa tahun lalu, ekonomi Saudi pun sedikit oleng.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement