Jumat 20 Apr 2018 15:10 WIB

Maknai Isra Mi'raj untuk Jaga Perdamaian

Umat muslim agar bisa saling menjaga perdamaian dan kerukunan antar sesama manusia

 Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI Jakarta KH. Syafii Mufid saat memberikan keterangan dalam Media Gathering Bawaslu DKI bertajuk Himbauan Pilkada DKI yang Damai di Jakarta Pusat, Kamis (13/10).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI Jakarta KH. Syafii Mufid saat memberikan keterangan dalam Media Gathering Bawaslu DKI bertajuk Himbauan Pilkada DKI yang Damai di Jakarta Pusat, Kamis (13/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat muslim dan masyarakat Indonesia diminta untuk dapat mengambil hikmah dan meneladani dari peristiwa Isra Mi'raj yang dilakukan Nabi Muhammad SAW  dalam melakukan perjalanan di malam hari dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Palestina. Hal ini juga untuk mendorong umat muslim agar bisa saling menjaga perdamaian dan kerukunan antar sesama manusia

“Pelajaran yang bisa diambil dari Isra Mi'raj, yakni  Inna maal usri yusro. Di dalam kesulitan itu Allah memberikan kemudahan. Jangan pernah ada putus asa, jangan pernah ada kecemasan yang mendalam, apatisme,tidak ada semangat, tidak boleh seperti itu,” ujar Ketua Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta, Prof Ahmad Syafii Mufid di Jakarta Islamic Center, Kamis (19/4).

Dikatakannya perjuangan Nabi Muhammad SAW selama 10 tahun yang hampir tidak ada hasilnya itu dibalas Allah SWT dengan penghormatan kepada nabi melalui Isra dan Mi'raj. Berbagai cobaan dan ujian pun dialami Nabi Muhammad pada saat itu.

“Namun Allah memberikan kemudahan kepada Nabi Muhammad, dalam riwayat Islam Nabi Muhammad dua tahun setelah peristiwa Isra Mi'raj itu hijrah ke Madinah yang merupakan kemudahan yang diberikan dari Allah kepada Nabi Muhammad,” ujarnya.

Dikatakan Muffid, di saat hijrah ke Madinah ini Nabi Muhammad diterima oleh seluruh suku dan penganut agama di yang ada Madinah. Atas kepemimpinan dan keteladanan Muhammad itulah dibangunlah kota yang dulu namanya Yatsrib  berubah menjadi kota Madinah yang artinya kota yang berkemajuan atau berkeberadaban.

Atas kemajuan yang diberikan Rasullulah SAW tersebut, Kota Madinah yang kecil itu mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap timur dan barat seperti kerajaan Persia dan kerajaan Romawi yang sebagian besar dari wilayahnya mengikuti dakwah Nabi Muhammad yaitu dakwah tauhid mengesakan Allah, dan dakwah akhlakul karimah yaitu akhlak budi pekerti yang luhur.

“Dimana Islam itu mengajar kedamaian, Islam yang mengajarkan toleransi, Islam yang mengajarkan tasamuh atau toleransi dan keadilan yang dapat menjadikan hampir sebagian besar umat manusia di Timur Tengah dapat menerima Islam dan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul,” ujar pria yang juga Direktur Indonesia Institute for Society Empowerment (INSEP) ini.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement