REPUBLIKA.CO.ID,RABAT -- Mahasiswi Indonesia asal Pati, Jawa Tengah, Subi Nur Isnaini menjadi mahasiswi Indonesia pertama yang meraih gelar doktor dari salah satu universitas di Maroko. Sebelumnya ia menjalani sidang disertasi doktoral di Auditorium Ibn Khaldoun, Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Moulay Ismail Meknes, Sabtu (19/4).
Pada sidang disertasi doktoral ini, selain civitas akademika dari Universitas Moulay Ismail, Meknes, hadir Duta Besar RI untuk Kerajaan Maroko merangkap Republik Islam Mauritania, ED Syarief Syamsuri berserta istri, staf KBRI Rabat, anggota Perhimpunan Pelajar Indoneisa (PPI) Maroko dan perwakilan dari Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Maroko.
Di hadapan tim penguji dan dosen pembimbingnya, Isna, demikian Subi Nur Isnaini akrab dipanggil, selama lebih dari tiga jam telah mampu mempertahankan disertasi doktoralnya. Disertasi itu berjudul "Studi Filologi: Editing Naskah, Komentar Analisa dan Kritik Terhadap Kitab, "Al Taqrib wa al Tabyin fi Halli Alfadzi al Mursyid Al Mu`in" Karya Imam Abu Hamid Muhammad Al Arabi bin Muhammad Al hasyimi Al Zarhouni (1260 H)".
Saat ditanya tentang karya yang menjadi bahan riset doktoralnya, Isna memaparkan kitab Al Taqrib wa al Tabyin fi Halli Alfadzi al Mursyid Al Mu`in adalah karya salah satu ulama Islam bermadzhab Maliki. Seperti diketahui para ulama dan mayoritas kaum muslimin di kawasan barat Islam, seperti Aljazair, Tunisia, Maroko dan Mauritania adalah bermadzhab Maliki.
Hal itu menjadi tantangan sendiri baginya. Karena mayoritas kaum muslimin di Asia Tenggara, seperti Indonesia adalah pengikut Imam Syafii dalam masalah Fiqh. Namun demikian di saat yang sama menjadi kesempatan untuk memperluas pengetahuannya tentang variasi pemahaman fiqih melalui karya yang menjadi bahan kajiannya.
Senyum kebahagiaan menghiasi wajah ibu dari Fawwaz dan Rozan tersebut saat Ketua Tim Penguji, Prof Dr Nadia Achiri mengumumkan kelulusan Isna. Ia pun meraih gelar doktor dari Fakultas Sastra dan Humaniora, Universitas Moulay Ismail, meknes dengan yudisium Summa Cum Laode. Selain Prof Dr Nadia Achiri, tim penguji terdiri dari Dr Abdellah Lakhdar, Dr Ali Boudkhani dan Dr Abderrahim Ghazi.
Perempuan 31 tahun ini tercatat sebagai mahasiswa di Universitas Moulay Ismail pada tahun 2011-2012. Masa studi tsanawiyah dan aliyah dihabiskannya di kota kelahirannya.
Isna melanjutkan studi S1 (2004-2018) di Kairo Mesir dan berturut-turut menjadi mahasiswa Indonesia terbaik selama empat tahun kuliah di Mesir. Ia menyelesaikan program S2 di Universitas Sidi Mohammed Benabdillah Fes, Maroko dalam waktu hanya 17 bulan (2010-2011).