Senin 23 Apr 2018 05:27 WIB

Saddam Husein Bangkit Lagi!

Cerita ‘kehebatan’ Saddam kali ini bertepatan dengan waktu menjelang pemilu Irak.

Ikhwanul Kiram Mashuri
Foto:

Cerita tentang ‘kehebatan’ Saddam kali ini bertepatan dengan waktu menjelang pemilihan parlemen Irak. Banyak warga yang kemudian bernosltagia, merindukan masa-masa ketika rezim Saddam Husein sedang jaya-jayanya. Apalagi, negara yang melahirkan kisah "1001 malam" itu kini terjerumus dalam berbagai persoalan yang parah. Dari korupsi yang merajalela, konflik sektarian, hingga ekonomi yang jeblok.

Dalam kondisi seperti ini, seperti dikatakan Usman Mirghani, banyak warga Irak yang kemudian merindukan Saddam Husein dan masa-masa kejayaannya. Mereka pun melupakan sisi gelap Saddam, yang pernah menjerumuskan Irak dalam tiga kali perang dengan negara-negara tetangganya. Jutaan warga Irak telah terbunuh dan lainnya luka-luka. Termasuk ketika ia menumpas habis orang-orang atau pihak yang berani melawannya.

Hal demikian tentu bukan eksklusif atau monopoli Irak saja. Di negara-negara Arab lain yang pernah diterjang angin beliung berupa revolusi rakyat menentang rezim diktator-otoriter, kini juga merindukan masa-masa kejayaan para tokoh yang mereka gulingkan itu. Apalagi negara-negara itu— Tunisia, Mesir, Yaman, Libia, dan lainnya—kondisinya sekarang ini tidak lebih baik dari masa rezim diktator bin otoriter—baik politik, ekonomi, dan apalagi keamanan.

Di Libia, suara-suara kemarahan kepada pemerintahan sekarang terdengar nyaring, setelah negara itu terjerumus dalam berbagai kekacauan. Mereka merindukan kembalinya rezim pemimpin besar Muammar Qadafi. Di Yaman, para penentang mantan presiden Ali Abdullah Soleh ikut bersedih ketika ia dibunuh oleh orang-orang Houthi. Mereka kini bergabung dengan para pendukung Ali Abdullah Soleh.

Di Sudan, banyak cerita yang beredar di kalangan warga yang mengagung-agungkan masa pemerintahan presiden Jaafar Numeiri dan beberapa pendahulunya seperti presiden Ibrahim Abboud atau presiden Ismail Azhari. Mereka meratapi masa lalu lantaran apa yang terjadi hari ini.

Di Indonesia, sempat beredar kata-kata yang dialamatkan kepada mantan presiden Soeharto, "Piye kabare, enak zamanku tho?" Slogan itu, atau kalimat sejenisnya, dengan gambar Pak Harto yang tersenyum sambil melambaikan tangannya sempat ramai kita jumpai di berbagai tempat.

Di truk-truk dan angkutan umum, pasar, spanduk, hingga media sosial, dan menjadi pembahasan para politisi dan para pengamat politik. Intinya, slogan itu menunjukkan bahwa sebagian masyarakat kita ada yang merindukan masa-masa Soeharto ketika melihat kondisi pasca-Reformasi tidak lebih baik dari masa Orde Baru.

Menurut pengamat politik Timur Tengah Usman Mirghani, kondisi demikian mencerminkan realitas kegagalan elite dan politisi di negara-negara yang terjerumus dalam berbagai kekacauan. Dari kegaduhan politik, korupsi yang merajalela, konflik sektarian, hingga salah kelola ekonomi. Mereka, rakyat di negara-negara yang dilanda kekacauan itu lantas merindukan masa-masa ketika diperintah oleh rezim diktator bin otoriter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement