Ahad 22 Apr 2018 01:11 WIB

Jangan Salah Memilih Sekolah untuk Anak

Memilih metode maupun kurikulum sekolah sebaiknya disesuaikan dengan karakter anak.

Gita Amanda, Jurnalis Republika
Foto: gita
Gita Amanda, Jurnalis Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Gita Amanda*

Untuk para orang tua baru memilih sekolah tentu jadi tantangan tersendiri. Terlebih saat ini begitu banyak sekolah dengan beragam metode dan kurikulum pembelajaran.

Saya pernah mengikuti salah satu seminar bertema "Cara Tepat Memilih Sekolah". Saat itu Konsultan Pendidikan dan Konsultan Anak Berkebutuhan Khusus Friska Asta M.Psi, memaparkan mengenai jenis-jenis metode dan kurikulum pembelajaran yang sekarang banyak ditawarkan sekolah-sekolah di Indonesia.

Friska mengatakan, memilih metode maupun kurikulum sekolah sebaiknya disesuaikan dengan karakter anak. Tujuannya agar anak merasa nyaman dan tak frustasi menghadapi hari-harinya sekolah.

Pertama,  ia menyebut metode Montessori. Metode ini biasanya menurut Friska menggunakan alat bantu dalam proses pembelajaran. Anak-anak di sekolah Montessori umumnya akan lebih aktif dari gurunya. Mereka umumnya jarang mendapat work sheet.

Anak-anak dengan karakter rapih, logis dan terstruktur cocok dengan sekolah metode Montessori.

Kemudian ada sekolah berbasis alam. Sekolah ini pada umumnya menggunakan kurikulum dari Dinas Pendidikan. Hanya saja semua alat-alat yang digunakan melibatkan alam. Misalnya belajar biologi langsung di alam, matematika dengan alat-alat dari alam dan sebagainya.

Sekolah jenis ini sangat umum melakukan banyak kegiatan di alam, sehingga sangat cocok untuk anak-anak yang aktif atau berkarakter observer dan eksploratif. Tapi jangan coba-coba memasukkan anak rapih ke sekolah ini. Mereka mungkin akan tertekan.

Ada lagi sekolah karakter. Sekolah dengan metode ini juga sedang banyak digandrungi. Sekolah karakter biasanya akan memasukkan nilai moral dalam setiap pelajarannya. Ada sembilan karakter yang akan dilibatkan dalam setiap pelajaran yang diberikan.

Lalu sekolah dengan metode multiple intelligence. Untuk sekolah jenis ini biasanya akan melibatkan delapan kecerdasan dalam kegiatan pembelajarannya. Tujuannya untuk melihat dari delapan kecerdasan tersebut di mana anak paling menonjol.

Selain soal metode, ada pula kurikulum. Di Indonesia setidaknya ada sekitar lima kurikulum yang diterapkan. Pertama kurikulum Dinas Pendidikan (diknas) dan Departemen Agama (depag). Diknas produknya biasanya sekolah-sekolah negeri. Sementara Depag sekolah seperti madrasah. Anak-anak tekun, rapih dan terstruktur pas di sekolah dengan kurikulum ini.

Kemudian sekolah Islam terpadu. Umumnya ada muatan Islam lebih banyak seperti hafalan Alquran. Untuk anak-anak yang sekolah di Sekolah Islam Terpadu, Friska menyarankan agar orang tuanya ikut menyesuaikan. Jangan sampai menurutnya anak belajar hafalan dan melaksanakan berbagai shalat sunah, namun orang tuanya tidak.

Anak-anak yang tekun, logis, rapih dan terstruktur cocok untuk sekolah dengan kurikulum ini.

Untuk yang keempat adalah kurikulum Cambridge. Kurikulum ini biasanya sangat akademis dan mengejar prestasi akademis. Terakhir adalah International Baccalaureate (IB). Anak-anak IB biasanya baru benar-benar belajar di kelas enam Sekolah Dasar.

Cukup memusingkan bukan? Tapi begitulah gambarannya saat ini. Menjadi orang tua bukan hanya memasukkan anak ke sekolah dan selesai. Setiap apa yang dipilih harus diperhatikan baik-baik oleh orang tua. Ingat untuk menyesuaikannya dengan anak dan tidak memaksakan kehendak atau ambisi orang tua. Sebab jika salah pilih, maka potensi anak tak akan tereksplorasi secara maksimal.

Selamat memilih sekolah.

*Penulis adalah Redaktur Republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement