REPUBLIKA.CO.ID, BIREUEN -- Pengungsi Rohingya gelombang kedua kembali merapat di Bireuen, Aceh. Organisasi nirlaba Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyambut mereka dan kemungkinan gelombang lanjutan dengan menyiagakan 750 relawan.
"Untuk di Bireuen kami turunkan 10 relawan guna melakukan pendampingan dan assessment, sisanya kami siagakan di seluruh pesisir," kata Ketua ACT Aceh, Husaini Ismail, dalam rilis pers yang diterima Republika.co.id.
Ia menyampaikan, terdapat 76 orang pengungsi yang tiba di Aceh hingga Jumat (20/4) malam. Mereka menumpang kapal kayu. Sebagian besar dari mereka adalah laki-laki, sementara sisanya perempuan dan anak-anak.
Puluhan warga Rohingya itu dilaporkan terdampar dalam kondisi lemas dan dehidrasi atau kekurangan cairan akibat terkatung-katung di laut. ACT Aceh dan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) pun bergegas melakukan penanganan.
Husaini mengatakan, ACT Aceh sudah berpengalaman menangani ribuan pengungsi Rohingya pada 2015. Mereka ditempatkan pada hunian sementara dengan sejumlah fasilitas seperti sekolah, masjid, dan arena bermain anak.
Langkah antisipatif kini dilakukan berdasarkan pengalaman sebelumnya. Husaini menginformasikan, ribuan pengungsi Rohingya yang masuk ke Aceh pada 2015 melalui pesisir menggunakan ratusan perahu bercadik. "Dari pengalaman itu saya langsung meminta relawan dan MRI Aceh untuk bersiaga menyambut mereka," tuturnya.