Sabtu 21 Apr 2018 00:35 WIB

Guardiola dan Mitos Piala Dunia

'Hubungan' Guardiola dengan Piala Dunia cuma terjalin ketika ia masih aktif bermain.

Gilang Akbar Prambadi
Foto: istimewa
Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Gilang Akbar Prambadi (Twitter: @gilangORI)

 

Pelatih Manchester City Josep Guardiola kembali menyihir dunia sepak bola dengan kesuksesan meraih gelar juara Liga Primer Inggris musim ini. Cara mantan pelatih Bayern Muenchen inipun sangat penuh gaya.

photo
Josep Guardiola

City menjuarai liga yang konon merupakan kompetisi paling ketat di dunia ini ketika musim 2017/2018 masih menyisakan empat pertandingan lagi. Tak banyak pelatih yang dengan mudah bisa menaklukkan Liga Primer Inggris.

 

Dengan membawa City mengoleksi 87 angka dari 33 pertandingan, Guardiola menjadikan City di Liga Primer Inggris tak ubahnya Bayern Muenchen di Bundesliga Jerman. Begitu dominan.

 

Namun, bukan soal keperkasaan Guardiola yang akan penulis bahas di sini. Sedikit berbau mitos, tapi tetap menarik untuk diulik. Yakni, perihal hubungan antara Guardiola dengan Piala Dunia. Tentu saja, Guardiola dan Piala Dunia adalah dua hal yang tak pernah bersinggungan.

 

Sejak jadi pelatih tahun 2009 silam, sosok berpaspor Spanyol tapi mengaku diri sebagai orang Katalan ini tak pernah terlibat di Piala Dunia. 'Hubungan' Guardiola dengan Piala Dunia cuma terjalin ketika ia masih aktif bermain. Itu pun hanya di Piala Dunia 1994 saja.

 

Namun, tuah seorang Guardiola ketika berkarier di suatu liga ternyata merembet ke timnas negara tersebut. Memang masih terlalu primitif untuk menarik kesimpulan. Hanya saja, faktanya ketika Guardiola melatih Barcelona di Spanyol dari 2009 sampai 2011, tim Matador jadi juara Piala Dunia 2010. 

 

Gelar tersebut merupakan pencapaian tertinggi Spanyol di Piala Dunia sekaligus jadi yang pertama. Sebelumnya, sepanjang sejarah Spanyol cuma mampu menembus partai semifinal. Itu pun cuma sekali di Piala Dunia 1950.

 

Selanjutnya ketika melatih Muenchen di Jerman dari 2012 sampai 2016. Jerman juga menjuarai Piala Dunia 2014 setelah menanti 24 tahun lamanya sejak terakhir kali mencicipi gelar serupa.

 

Tentu saja semua ini bukan kebetulan semata. Kala itu, skuat timnas Spanyol dan Jerman didominasi oleh para pemain tim besutan Guardiola. Spanyol mayoritas berisi pemain Barca dan Jerman dipenuhi penggawa Muenchen.

 

Namun, untuk sekarang bukan jaminan mitos Guardiola dan Piala Dunia akan berlaku bagi timnas Inggris. Sederhana saja, hal itu karena saat ini sedikit anggota skuat City yang merupakan bagian dari timnas Inggris. 

photo
Manchester City juara Liga Primer Inggris musim 2017/2018

 

Jangankan setengahnya, satu pemain per lini saja tidak. Phil Foden, Lukas Nmecha, Tosin Adarabioyo, Fabian Delph, John Stones, dan Raheem Sterling. Cuma enam nama itu saja yang Guardiola miliki di City, padahal, skuat the Citizens berisi 27 pemain. Dari enam nama tersebut, itu pun cuma Sterling, Stones, dan Delph yang rutin mengisi skuat utama. 

 

Fakta tersebut jauh berbeda dengan yang pernah Guardiola hadirkan di Barca dan Muenchen. Lebih dari setengahnya dari total skuat kedua klub tersebut adalah para pribumi. Tentunya ini membuat peluang lahirnya kembali tuah Guardiola untuk negara tempat ia berkarier menipis.

 

Namun, magis tetaplah magis. Sebuah tuah tak akan bisa luntur dengan mudah. Ketika nanti Inggris mampu menjuarai Piala Dunia 2018 di Rusia, bukan tak mungkin justru Guardiola lah yang akan jadi pengisi //headline// utama setiap media.

 

Andai boleh sedikit memberikan saran, PSSI juga mungkin boleh melihat ini sebagai sebuah kesempatan. Tak ada yang tahu, andai suatu ketika Guardiola melatih di Indonesia, katakanlah Persib Bandung, niscaya tim Garuda yang kejatuhan rezeki.

 

Mungkin saat ini kening Anda mengerut setelah membaca kalimat berandai-andai di atas. Dengan jenis imajinasi apapun, memang sulit membayangkan Guardiola ada di bangku pelatih Persib. Apalagi, membayangkan tim Garuda jadi juara Piala Dunia karena untuk menembus putaran final saja sulitnya setengah mati.

 

Namun, bukankah mimpi tak pernah dibatasi?. Kemudian silakan jawab ini. Siapa yang pernah menyangka Liga Cina yang dulu tak sedikit pun pernah dilirik justru kini jadi magnet bagi para pelatih sohor di planet bumi?.

 

Juara Piala Dunia, Marcelo Lippi dan Luis Felippe Scolari adalah dua nama paling harum yang pernah berkarier di Liga Cina. Bahkan, seorang Fabio Capello telah resmi menutup kariernya sebagai pelatih dengan terakhir kali melatih klub di Negeri Tirai Bambu. Nama-nama ini membuktikan, mimpi bukanlah sesuatu yang fana di dunia sepak bola.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement